Sampai pada malam ini, Koalisi Barisan Nasional (BN) mendapatkan 112 suara, atau lebih dari 50 persen dari 222 kursi parlemen yang diperebutkan. Sementara itu aliansi oposisi hanya mendapat 60 kursi.
Dengan hasil sementara ini (dimana BN belum mendapatkan dua per tiga kursi parlemen), dunia internasional masih harus menunggu apakah Perdana Menteri Najib Razak akan memperoleh dukungan yang kuat guna melanjutkan reformasi untuk memperbaiki iklim investasi dan mengubah undang-undang otoritarian.
Sebelumnya, Najib berada di bawah tekanan untuk memperbaiki hasil pemilu pada 2008 yang merupakan perolehan terburuk BN. Pada saat itu, BN hanya mendapatkan 140 kursi dan kehilangan status sebagai pemegang dua per tiga kursi parlemen.
Kegagalan untuk memperoleh kembali status mayoritas mutlak dinilai akan memperlemah kepemimpinan Najib, membuat investor menjadi ragu dan memunculkan ketidak-pastian mengenai kebijakan di negara multi etnis dengan populasi 28 juta tersebut.
"Saya berharap kelompok oposisi dapat menerima hasil ini dengan lapang dada dan mengizinkan proses demokrasi untuk berlanjut," kata Najib kepada wartawan.
Koalisi BN memang diperkirakan akan menang, namun hasil sementara pemilu yang terakhir menunjukkan bahwa kelompok oposisi terus menekan BN yang kesulitan menjual keberhasilan pertumbuhan ekonomi untuk meraih dukungan suara.
Di sisi lain, kemungkinan munculnya sengketa hasil pemilu juga sangat terbuka karena kelompok oposisi menuduh adanya kecurangan. Bahkan sebelum sebagian besar suara selesai dihitung, Anwar mendeklarasikan kemenangan dalam akun Twitternya.
"Kami telah menang," kata dia sambil mengingatkan agar Komisi Pemilihan Umum untuk "tidak mencoba membajak hasil yang sudah ada."
Kampanye pemilu di Malaysia memanas dalam beberapa hari terakhir saat Anwar menuduh BN memalsukan sekitar 40.000 data pemilih, termasuk di antaranya orang asing.
Hasil sementara pada Minggu ini juga menunjukkan adanya kecenderungan dari etnik China untuk meninggalkan BN. Partai oposisi dari minoritas etnis tersebut memperoleh suara yang signifikan di negara bagian Johor, yang sebelumnya merupakan basis dukungan BN.
Kecenderungan dari kelompok minoritas untuk meninggalkan BN ini telah terlihat sejak pemilu 2008 lalu. Pada saat itu, etnis China, India, dan juga Melayu menolak kebijakan BN sering diambil berdasarkan pertimbangan patronase yang berdampak pada meluasnya korupsi dan ketimpangan sosial.
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013