London (ANTARA) - Ribuan pengunjuk rasa memulai "Pekan Iklim" di Manhattan, New York, pada Minggu (17/9), menjelang pertemuan Majelis Umum PBB pekan ini, menyerukan kepada Presiden AS Joe Biden dan pemimpin dunia lainnya untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil.
Diiringi dengan parade, konser, dan tabuhan genderang, sekitar 15.000 orang yang diperkirakan hadir melambaikan papan bertuliskan "Akhiri Penggunaan Bahan Bakar Fosil" dan "Bahan Bakar Fosil Membunuh" serta "Deklarasikan Darurat Iklim".
Seorang pria berpakaian seperti manusia salju yang mencair dan memperingatkan akan naiknya permukaan laut.
Pesan yang disampaikan adalah agar para pemimpin dunia menyelamatkan bumi dari penggunaan minyak dan gas yang diyakini menyebabkan pemanasan global.
Protes pada hari Minggu itu adalah bagian dari upaya internasional selama seminggu yang dilakukan oleh Climate Group, sebuah organisasi nirlaba yang bertujuan untuk mendorong aksi perubahan iklim dan menghentikan pemanasan global, dengan lebih dari 500 protes direncanakan di AS, Jerman, Inggris, Korea Selatan, India dan di tempat lain, total berjumlah 54 negara.
Penyelenggara aksi memperkirakan jumlah pengunjuk rasa di seluruh dunia akan mencapai lebih dari satu juta orang.
"Pekan Iklim NYC adalah tentang bagaimana mewujudkannya. Melalui perayaan aksi iklim, menantang diri kita sendiri untuk berbuat lebih banyak, dan mencari cara untuk meningkatkan ambisi, Pekan Iklim NYC menginspirasi, memperkuat, dan meneliti komitmen, kebijakan, dan tindakan pihak-pihak yang memiliki kekuatan untuk mewujudkan perubahan," tulis penyelenggara aksi secara daring.
Banyak ilmuwan meyakini bahwa gas rumah kaca yang disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil menyebabkan pemanasan global dan menyebabkan cuaca buruk seperti angin topan yang lebih intens, gelombang panas, banjir, kebakaran hutan dan kekeringan.
Pengurangan emisi CO2 atau karbon dioksida dipandang sebagai elemen kunci dalam meredakan perubahan iklim.
Unjuk rasa tersebut terjadi dua bulan sebelum KTT Iklim COP28 PBB tahun ini, saat lebih dari 80 negara berencana untuk mendorong perjanjian global untuk secara bertahap menghapuskan batubara, minyak dan gas.
Sebuah laporan PBB baru-baru ini memperingatkan bahwa dunia berada pada jalur berbahaya menuju pemanasan global yang parah, dan mengatakan diperlukan tindakan lebih lanjut di semua lini, termasuk penurunan drastis penggunaan listrik berbahan bakar batu bara pada 2030, sebagaimana dilaporkan Reuters.
Sumber: Reuters
Baca juga: Uni Eropa tingkatkan aksi kolaborasi melalui Pekan Diplomasi Iklim
Baca juga: Indonesia diajak atasi krisis iklim lewat Pekan Diplomasi Iklim UE
Penerjemah: M Razi Rahman
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2023