Los Angeles (ANTARA) - Amerika Serikat (AS) memulai uji klinis tahap 1 untuk kandidat vaksin influenza universal baru yang sedang diteliti, demikian diumumkan oleh Institut Kesehatan Nasional (National Institutes of Health/NIH) AS pada Jumat (15/9).

Uji klinis tersebut, yang disponsori oleh Institut Alergi dan Penyakit Menular Nasional (National Institute of Allergy and Infectious Diseases/NIAID) AS, akan mengevaluasi vaksin yang sedang diteliti bernama FluMos-v2, untuk menguji keamanan dan kemampuannya dalam merangsang respons imun.

Kandidat vaksin tersebut dirancang oleh para peneliti di Pusat Penelitian Vaksin NIAID. Vaksin itu dirancang untuk memproduksi antibodi untuk melawan berbagai galur virus influenza dengan memasukkan bagian dari protein hemagglutinin virus influenza dalam pola-pola berulang pada perancah (scaffold) nanopartikel yang dibentuk secara mandiri. Paparan terhadap fragmen-fragmen protein virus yang tidak berbahaya ini mempersiapkan sistem kekebalan untuk mengenali dan melawan virus yang sebenarnya.

Ketika digunakan dalam uji coba pada hewan, vaksin eksperimental tersebut menghasilkan respons antibodi yang kuat, menurut NIH.

Uji klinis baru ini akan melibatkan 24 sukarelawan yang dalam kondisi sehat dan berusia antara 18 hingga 50 tahun. Mereka akan menerima dua suntikan kandidat vaksin FluMos-v2 dengan metode injeksi intramuskuler. Dua suntikan tersebut akan diberikan dengan interval 16 pekan.

Selama 40 pekan setelah vaksinasi pertama, para peserta akan menerima pengecekan lanjutan via telepon dan pemeriksaan rutin untuk melacak respons mereka terhadap vaksin eksperimental tersebut.

Sebagian besar vaksin influenza musiman dirancang untuk melatih sistem kekebalan tubuh agar bertahan melawan tiga atau empat galur umum influenza yang berbeda, tetapi vaksin influenza "universal" kemungkinan akan mampu memberikan perlindungan terhadap lebih banyak galur, menurut NIH.

Pewarta: Xinhua
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023