Baghdad (ANTARA News) - Ledakan bom pinggir jalan menewaskan seorang ulama Sunni dan lima orang lain ketika mereka meninggalkan sebuah masjid di Baghdad setelah sholat Jumat, kata polisi dan petugas medis.
Sebanyak 31 orang juga cedera dalam ledakan itu, yang terjadi di luar masjid di daerah al-Rashidiya, Baghdad, kata beberapa petugas medis.
Belum jelas siapa yang mendalangi serangan itu.
Warga Sunni melakukan protes sejak Desember untuk menentang pemerintah pimpinan Syiah, yang mereka tuduh meminggirkan minoritas dan memonopoli kekuasaan sejak pasukan AS menggulingkan pemerintah Saddam Hussein pada 2003.
Rabu, tiga serangan bom di Irak menewaskan 11 orang, termasuk empat anggota milisi penentang Al Qaida yang terbunuh dalam pemboman bunuh diri ketika mereka berkumpul untuk menunggu pembayaran gaji.
Serangan-serangan itu terjadi setelah gelombang kekerasan menewaskan lebih dari 240 orang dalam tujuh hari pada akhir April, yang menimbulkan kekhawatiran mengenai kembalinya kerusuhan sektarian yang menewaskan puluhan ribu orang.
Kekerasan itu merupakan yang terakhir dari gelombang pemboman dan serangan bunuh diri di tengah krisis politik antara Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan mitra-mitra pemerintahnya dan pawai protes selama beberapa pekan yang menuntut pengunduran dirinya.
Lebih dari 450 orang tewas dalam kekerasan pada April, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas keterangan dari pejabat-pejabat keamanan dan medis, sementara jumlah kematian pada Maret mencapai 271.
Sepanjang Februari, 220 orang tewas dalam kekerasan di Irak, menurut data AFP yang berdasarkan atas keterangan dari sumber-sumber keamanan dan medis.
Irak dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.
Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.
Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember 2011 mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni.
Pejabat-pejabat Irak mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi Wakil Presiden Tareq al-Hashemi pada 19 Desember 2011 setelah mereka memperoleh pengakuan yang mengaitkannya dengan kegiatan teroris.
Puluhan pengawal Hashemi, seorang pemimpin Sunni Arab, ditangkap dalam beberapa pekan setelah pengumuman itu, namun tidak jelas berapa orang yang kini ditahan.
Hashemi, yang membantah tuduhan tersebut, bersembunyi di wilayah otonomi Kurdi di Irak utara, dan para pemimpin Kurdi menolak menyerahkannya ke Baghdad.
Pemerintah Kurdi bahkan mengizinkan Hashemi melakukan lawatan regional ke Qatar, Arab Saudi dan Turki. (M014)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013