Buenos Aires (ANTARA) - Bank sentral Argentina (BCRA) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan tetap stabil di 118 persen selama rapat dewan terakhir mereka, meskipun tingkat inflasi negara itu mencapai titik tertinggi dalam 30 tahun pada Agustus.

Data inflasi Agustus yang diterbitkan pada Rabu (13/9/2023) menunjukkan inflasi tahunan mencapai lebih dari 124 persen, dengan tingkat inflasi bulanan sebesar 12,4 persen, tingkat tertinggi sejak tahun 1991, memperdalam krisis biaya hidup menjelang pemilihan presiden yang dijadwalkan pada Oktober.

Reuters melaporkan keputusan tersebut sebelumnya pada Kamis (14/9/2023), dengan sumber resmi mengatakan biaya politik dari menaikkan suku bunga akan terlalu tinggi.

Argentina bulan lalu menaikkan suku bunga acuan menjadi 118 persen dari 97 persen setelah pemilu pendahuluan terbuka yang mengejutkan di mana libertarian radikal Javier Milei mendapat 30 persen suara, menjadikannya favorit untuk memenangkan pemilu presiden pada Oktober.

Para analis mengatakan suku bunga acuan harus dinaikkan menjadi sekitar 149 persen untuk mengekang kenaikan harga, dengan jajak pendapat bank sentral memperkirakan inflasi pada akhir tahun akan berada pada kisaran 169 persen.

Namun sumber lain mengatakan bank berharap inflasi pada September akan sedikit moderat.

"Inflasi di Agustus lebih tinggi dari perkiraan, sehingga inflasi September akan lebih rendah dari perkiraan awal... berdasarkan semua indikator yang sering muncul," kata sumber tersebut.

Analis di J.P. Morgan mengatakan pada Rabu (13/9/2023) bahwa mereka memperkirakan inflasi bulanan sebesar dua digit hingga akhir tahun 2023, yang pada saat itu mereka memperkirakan angka inflasi tahunan akan mencapai 190 persen.

Hasil dari pemilu yang tidak menentu pada 22 Oktober dan tekanan inflasi yang disebabkan oleh pembekuan harga dapat semakin memperburuk inflasi, tambah mereka.

Argentina sedang menghadapi resesi setelah kekeringan mengganggu sektor pertanian utamanya, cadangan mata uang asing yang negatif, dan melemahnya peso, serta berjuang untuk menyelamatkan kesepakatan senilai 44 miliar dolar AS dengan Dana Moneter Internasional (IMF).


Baca juga: Inflasi Argentina capai 124 persen saat krisis biaya hidup kian parah
Baca juga: Presiden Brazil Lula da Silva ingin Argentina gabung BRICS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023