Barcelona (ANTARA News) - Sirna sudah mimpi punggawa Barcelona untuk melaju ke final Liga Champions setelah menelan kekalahan 0-3 dari Bayern Muenchen dalam laga kedua semifinal yang digelar di Stadion Camp Nou pada Kamis dinihari WIB. Blaugrana keok agregat 0-7 dari Die Bayern.

Bayern di bawah pelatih Jupp Heynckes tampak mengulang gaya bermain ketika pasukannya menekuk pasukan asuhan pelatih Tito Vilanova dengan skor 4-0 dalam leg pertama (23/4).

Die Roten tampil menekan dengan dukungan lini pertahanan yang kokoh. Mereka juga mengandalkan pola serangan balik yang cepat.

Ada lima sebab Barcelona sampai kalah 0-3 dari Bayern dalam laga leg kedua yang digelar di Camp Nou, sebagaimana dikutip dari situs zonalmarking.com.

Penyebab pertama, tekanan bertubi-tubi yang dilancarkan skuad Bayern. Heynckes mendaulat anak buahnya untuk menekan habis-habisan pertahanan Barca sedari awal laga bergulir, sementara Mandzukic dan Thomas Muller mendapat penjagaan super ketat dari bek-tengah lawan.

Bayern juga terus memfokuskan diri kepada lini pertahanan kemudian mencegah agar Barca tidak leluasa mengembangkan ritme permainan.

Akibatnya, mesin serangan Barca lambat laun melambat, dapat terlihat dari intensitas operan-operan yang mereka peragakan menjadi kurang akurat. Peran Alex Song (nomor punggung 25) di kubu Barca amburadul.

Kenyataannya, kombinasi operan dari Marc Bartra ke Gerard Pique, hanya mencapai 21 kali; sementara capaian kombinasi operan Barca angka tertinggi diperoleh dari kerjasama antara Xavi Hernandez ke Andres Iniesta (33 kali) dalam final Liga Champions 2011. Barcelona miskin dalam menguasai tempo dan miskin ketika menekan pertahanan Bayern.

Penyebab kedua, daya gedor Barcelona. Fabregas terlalu mengambil posisi yang dalam dan jarang meneror bek tengah Bayern. Ketika menerima umpan dari lini gelandang, ia jarang memanfaatkan momentum untuk secepat mungkin merangsek lawan.

Sementara, Alves terlalu didorong ke depan, tidak seperti posisi biasanya. dan Villa secara bertahap mengambil posisi sentral. Dengan begitu, Barta leluasa bergerak dari "right flank" dan berusaha menutup ruang gerak lawan. Pola yang sama juga dilakukan oleh Pique di lini tengah. Ia kerap beradu cepat dengan para pemain Bayern.

Penyebab ketiga, Bayern menampilkan lini pertahanan yang impresif dan solid. Dukungan fisik luar biasa dari Javi Martinez dan Bastian Schweinsteiger membuat Andres Iniesta tidak bergerak leluasa. Sampai-sampai Robben diganjar kartu kuning karena melakukan aksi tekel yang berakibat ia absen dalam laga final nanti.

Seperti penampilan Bayern pekan lalu, Franck Ribery dan Arjen Robben kerap turun ke belakang memperkokoh lini pertahanan. Pergerakan Ribery berulangkali merepotkan Dani Alves. Pemain Barca bernomor punggung 2 ini kerapkali memberi ruang bagi Ribery. Dengan begitu, kotak penalti Barca jadi bulan-bulanan para pemain Bayern.

Penyebab keempat, serangan balik (counter-attacks) yang dilakukan para pemain Bayern mengalir lewa Robben. Alhasil, Pique harus menyelesaikan pekerjaan rumah dengan menghadang pergerakan Robben.

Pengambilan posisi Robben, Ribery dan Thomas Muller demikian dalam sehingga mengancam pertahanan Barca. Dengan kemampuan dribel yahud, kedua pemain pemain sayap Bayern menjadi bintang.

Penyebab kelima, adakah memang Barca menekan Bayern? Para pemain Bayern begitu banyak memperoleh peluang karena para pemain Barca tampak kurang kompak menekan lawan. Faktor ini yang kerap mencuatkan keprihatinan bahwa ada transisi yang kurang mulus dari Pep Guardiola ke Vilanova, meskipun keduanya digadang-gadang punya corak taktik hampir serupa.

Guardiola semasa membesut Lionel Messi cs. menerapkan latihan stamina luar biasa yang berbuah positif untuk mendukung pola menyerang. Faktor dukungan stamina yang pas-pasan yang bukan tidak mungkin menyebabkan daya gempur Messi cs. terlihat kurang eksplosif.

Penerjemah: AA Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2013