New York (ANTARA) - Harga minyak melemah tipis pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah mencapai level tertinggi dalam 10 bulan, karena peningkatan persediaan minyak mentah AS yang mengejutkan mengimbangi ekspektasi ketatnya pasokan minyak mentah untuk sisa tahun ini.

Patokan internasional, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November merosot 18 sen menjadi menetap di 91,88 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange, setelah mencapai tertinggi sesi di 92,84 dolar AS per barel yang merupakan tertinggi sejak November.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS untuk pengiriman Oktober menyusut 32 sen menjadi ditutup pada 88,52 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, dengan harga tertinggi sesinya di 89,64 dolar AS per barel juga merupakan level tertinggi sejak November.

Kontrak berjangka Brent bulan depan diperdagangkan setinggi 4,90 dolar AS per barel di atas kontrak pengiriman enam bulan ke depan, selisih terbesar sejak November, yang mengindikasikan pengetatan pasokan.

Kurangnya pergerakan harga yang besar dalam beberapa pekan terakhir telah mengurangi volatilitas kontrak berjangka 30 hari dalam sejarah atau aktual Brent ke level terendah sejak Juli 2021.

Harga naik meskipun data pemerintah menunjukkan persediaan minyak mentah, bensin, dan sulingan AS meningkat pada minggu lalu.

Persediaan minyak mentah AS naik 4 juta barel pada pekan lalu, mengacaukan ekspektasi para analis dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan penurunan 1,9 juta barel.

“Persediaan minyak mentah AS telah menghasilkan peningkatan yang kuat meskipun aktivitas penyulingan meningkat dan persediaan di Cushing, Oklahoma, turun ke level terendah tahun ini, karena impor bersih yang jauh lebih tinggi,” kata Matt Smith, analis minyak utama untuk Amerika di Kpler.

Untuk membatasi kerugian harga, Arab Saudi dan Rusia telah memperpanjang pengurangan produksi sebesar 1,3 juta barel per hari minyak mentah hingga akhir tahun, yang akan mengunci defisit pasar yang besar hingga kuartal keempat, kata Badan Energi Internasional (IEA).

Pengurangan pasokan yang berkelanjutan dapat mengangkat harga minyak Brent berjangka di atas ambang batas 100 dolar AS per barel sebelum akhir tahun ini, kata analis Bank of America.

Harga konsumen AS naik pada Agustus, yang merupakan kenaikan terbesar dalam lebih dari setahun, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja, didorong oleh kenaikan harga bensin eceran sebesar 10,6 persen.

Tidak termasuk komponen pangan dan energi yang mudah berubah, indeks harga konsumen naik sebesar 0,3 persen.

Departemen Energi AS telah berbicara dengan produsen dan penyulingan minyak untuk memastikan pasokan bahan bakar stabil pada saat harga bensin meningkat, Jared Bernstein, kepala Dewan Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengatakan pada Rabu (13/9/2023).

Para peramal memperkirakan Bank Sentral Eropa akan menaikkan suku bunga dalam pertemuannya pada Kamis.

Sementara itu, perkiraan pertumbuhan permintaan minyak mentah dunia kuartal keempat IEA direvisi turun sebesar 600.000 barel per hari, yang menurut analis Investec, Callum Macpherson merupakan penyesuaian yang signifikan.

“Defisit sekarang secara umum sama dengan tambahan pemotongan sukarela Saudi,” katanya.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Selasa (12/9/2023) tetap berpegang pada perkiraannya mengenai pertumbuhan kuat permintaan minyak global pada tahun 2023 dan 2024.

Empat pelabuhan minyak yang ditutup akibat badai dahsyat di Libya dibuka kembali pada Rabu (13/9/2023).

Baca juga: Harga minyak naik di perdagangan Asia karena pasokan terbatas
Baca juga: Minyak naik di awal perdagangan Asia karena kekhawatiran pasokan

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023