Fuzhou (ANTARA) - Di sebuah lahan tambak yang terletak di Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah, larva-larva udang telah mencapai usia satu setengah bulan. Setelah berusia empat bulan, mereka akan diproses dan dikirim ke Fuzhou, ibu kota Provinsi Fujian, China, yang berjarak sekitar 2.000 mil laut atau 3.704 kilometer.
Joni Setyawan, seorang peternak udang berpengalaman, memimpin peternakan tersebut. Pria berusia 66 tahun itu memiliki pengalaman hampir empat dekade sebagai peternak udang kaki putih (Vannamei).
Sejak 2021, dia bekerja di sebuah anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Fujian MiaoTianHui Food Co., Ltd., yang berfokus pada budi daya udang.
Lahan peternakan di Kabupaten Pemalang tersebut memiliki luas sekitar 70.000 meter persegi. Udang-udang yang dibudidayakan di sana menjalani proses awal, seperti pembersihan, pengupasan, dan pengemasan beku di sebuah pabrik lokal.
Setelahnya, kapal-kapal yang mengangkut produk makanan laut tersebut akan menempuh perjalanan selama kurang lebih 20 hari sebelum tiba di Pelabuhan Fuzhou.
"Udang Vannamei dari Indonesia ini akan diproses lebih lanjut, seperti dicampur dan ditumbuk, lalu diubah menjadi pasta udang dan dikemas untuk dibekukan dengan cepat," ungkap Lin Zhengrong, manajer umum Fujian MiaoTianHui Food Co., Ltd.
Dikenal dengan rasanya yang lezat dan teksturnya yang kenyal, pasta udang sangat populer di pasar katering China.
Fuqing Zhaohua Aquatic Food Co., Ltd. juga berinvestasi pada budi daya udang Vannamei di Indonesia, dengan luas lahan peternakan sekitar 4 juta meter persegi.
Perusahaan itu mendirikan peternakan udang tersebut di Indonesia karena iklim negaranya yang hangat dan lembap, sumber daya perikanan yang melimpah, siklus budi daya yang pendek, dan biaya tenaga kerja yang relatif rendah. Di China, infrastruktur logistik rantai dingin yang canggih, pasar konsumen yang luas, dan teknologi pemrosesan makanan laut yang telah matang dapat semakin meningkatkan nilai produk udang beku impor.
Mendirikan basis-basis perikanan di Indonesia tidak hanya meningkatkan peluang lapangan kerja lokal, tetapi juga meningkatkan pendapatan penduduk, ujar Chen Qing'an, perwakilan sah anak perusahaan Fujian MiaoTianHui Food Co., Ltd. di Indonesia, seraya menambahkan bahwa anak perusahaan tersebut telah mempekerjakan lebih dari 300 pekerja lokal.
"Awalnya saya memiliki tiga tambak udang, tapi sekarang saya mengawasi total 70 tambak di dua peternakan. Pendapatan bulanan saya berlipat ganda dan sangat stabil," kata Joni Setyawan, seraya menambahkan bahwa dirinya telah memasok sekitar 1.200 ton udang Vannamei ke China selama satu setengah tahun terakhir
Fujian MiaoTianHui Food Co., Ltd. dan Fuqing Zhaohua Aquatic Food Co., Ltd. termasuk di antara puluhan perusahaan makanan yang beroperasi di Zona Investasi Yuanhong Fujian. Zona tersebut merupakan andil China dalam proyek "Dua Negara, Taman Kembar" yang dilaksanakan bersama Indonesia. Sementara itu, andil Indonesia meliputi Kawasan Industri Bintan, Kawasan Industri Aviarna, dan Kawasan Industri Badung.
Dengan penandatanganan nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) pada Januari 2021, proyek "Dua Negara, Taman Kembar" menunjukkan sebuah langkah solid untuk menyinergikan Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra usulan China dan visi Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia.
Proyek ini juga berfungsi sebagai pendekatan inovatif untuk memperdalam hubungan ekonomi dan perdagangan bilateral, sehingga dapat memberikan manfaat nyata bagi dunia usaha di kedua negara.
Hingga saat ini, taman China dari proyek tersebut telah meluncurkan 27 proyek investasi dengan total nilai investasi sebesar 55,4 miliar yuan (1 yuan = Rp2.105) atau sekitar 7,57 miliar dolar AS dan 18 proyek perdagangan.
"Proyek 'Dua Negara, Taman Kembar' ini memberi manfaat bagi perusahaan-perusahaan di dalam kawasan-kawasan industri tersebut, memberikan layanan perizinan bea cukai yang lebih efisien, sehingga dapat menghemat banyak waktu," demikian Lin menuturkan.
Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2023