Dalam lakon yang mengangkat tiga cerita dari Sumatera Barat itu, Ine menjadi Puti Bungsu, Siti Jamilan, dan Sabai nan Aluih. Karakter ketiga tokoh itu pun sangat berbeda.
"Aku ingin menggali rasanya dulu, sulitnya di situ karena pergantiannya kan cepat," kata Ine saat jumpa media di Jakarta, Rabu sore.
Ine mengaku kaget saat diminta menjadi ketiga tokoh itu. Tambah lagi, katanya, dalam pementasan kali ini, banyak yang terlibat mulai dari penari, musisi, dan multimedia. Ine yang tidak berdarah Minang pun tidak diharuskan berbicara dengan logat Minang.
"Secara logat aku nggak dibentuk melogatkan bahasa Padang, takut membingungkan penonton, karena semua elemen sudah menunjukkan budaya Minang," jelasnya.
Menjadi tokoh Minang pun tidak membuatnya melakukan riset hingga ke tanah Minang. "Di sekitar saya ada tempat untuk meriset juga, ada Niniek L. Karim, Jajang C. Noer, Uda Tom (Tom Ibnur), saya jadi nggak perlu banyak riset," katanya.
"Penari-penarinya juga sering cerita tentang legenda, itu membantu saya masuk ke peran saya sendiri," ceritanya.
Legendra "Padusi" karya Tom Ibnur ini menceritakan perjuangan tiga wanita bernama Puti Bungsu, Siti Jamilan, dan Sabai nan Aluih.
Cerita dirangkai melalui sosok perempuan urban bernama Padusi (Marissa Anita) yang mengunjungi Sumatera Barat untuk menjelajahi tanah kelahiran nenek moyangnya.
Lakon yang disutradarai Rama Soeprapto dan naskah oleh Nia Dinata ini akan dipentaskan di TIM pada tanggal 11-12 Me1 2013. Tiket legendra "Padusi" dijual mulai harga Rp 250.000,- hingga Rp 1.000.000,-.
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013