Subak mencerminkan konsep filosofis Tri Hita Karana yang menyatukan alam roh, dunia manusia, dan alam/lingkungan.
Beijing (ANTARA) - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengangkat Subak Bali sebagai sistem swadaya masyarakat untuk mengatur pembagian air irigasi di persawahan secara adil dalam World Water Congress ke-18 di Beijing, China.
Dengan sistem Subak tersebut, maka Bali menjadi tempat yang tepat sebagai penyelenggara World Water Forum ke-10 tahun 2024 dengan tema Air Untuk Kesejahteraan Bersama (Water for Shared Prosperity).
"Sistem Subak yang dipraktikkan Indonesia sangat erat kaitannya dengan topik besar 'Water for All: Harmony Between Human and Nature' yang diangkat dalam '18th World Water Congress'," kata Basuki saat Sesi Khusus China dalam World Water Congress ke-18, di Beijing, Selasa.
Basuki menyebut bahwa sistem Subak merupakan manifestasi dari hubungan yang erat yang tidak terpisahkan antara Tuhan, manusia dan alam dalam menghasilkan makanan dan kebutuhan lainnya. Subak mencerminkan konsep filosofis Tri Hita Karana yang menyatukan alam roh, dunia manusia, dan alam/lingkungan.
"Subak merupakan sistem irigasi Bali sebagai perwujudan tatanan hukum budaya dengan ciri-ciri, yaitu kemandirian sosial, ketahanan pangan dan kekuatan agama dengan tekad dan semangat gotong royong memperoleh air untuk menghasilkan makanan, khususnya beras dan palawija," kata Basuki pula.
Sistem irigasi Subak di Bali, menurut Basuki, akan menjadi salah satu destinasi kunjungan lapangan dalam World Water Forum ke-10 di Bali. Saat ini, sistem dan lanskap Subak telah diakui menjadi salah satu Warisan Budaya Dunia dari UNESCO.
Basuki juga mengingatkan peserta bahwa pada 12-13 Oktober 2023 akan dilaksanakan "Stakeholder Consultation Meeting" ke-2 di Bali sebagai bagian persiapan dan rangkaian penyenggaraan World Water Forum ke 10 di Bali tahun 2024 yang akan datang, dan agar para tamu yang hadir saat itu juga datang ke Bali.
Pada malam harinya, Basuki Hadimuljono dan rombongan menghadiri sesi ramah tamah dengan Duta Besar RI untuk Republik Rakyat Tiongkok dan Mongolia Djauhari Oratmangun, mahasiswa asal Indonesia dan WNI di Wisma Duta, Kompleks KBRI Beijing.
"Kayaknya saya sudah bangun banyak sekali ada 61 bendungan selama 10 tahun, begitu diskusi dengan menteri di sini ada 98 ribu bendungan. Bayangkan, bendungan besar dan kecil. Di Indonesia bendungan besar tingginya 15 meter lebih atau kapasitasnya lebih dari 500 ribu meter kubik, di China ini disebut bendungan besar kalau kapasitasnya lebih dari 100 juta meter kubik, semua besar-besaran," ujar Basuki dalam acara tersebut.
Ia pun berpesan agar para mahasiswa dapat belajar sebaik-baiknya.
"Bagi mahasiswa yang sekarang sedang sekolah, sekolah dulu, jangan mikir macam-macam. Tekuni bidang-bidang yang spesialis misalnya sipil geoteknik, terowongan, irigasi, agar betul-betul kuat di bidangnya," kata Basuki.
Baca juga: Indonesia ajak delegasi AMM lihat pertanian berkelanjutan di Jatiluwih
Baca juga: Wisata edukasi di Museum Subak Tabanan Bali
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023