"Seiring dengan kemajuan zaman maka bioteknologi makin berkembang seperti pemetaan gen hingga kloning," kata pakar pertanian dari IPB University Bogor Prof. Antonius Suwanto di Jember.
Untuk itu, lanjut dia, tinggal bagaimana mensosialisasikan inovasi baru kepada masyarakat, agar adopsinya bisa terlaksana dengan baik, sehingga dengan biodiversitas Indonesia yang kaya maka Indonesia berpotensi memiliki varietas pertanian yang makin beragam.
Menurut dia, manusia sejak lama sudah meneliti bagaimana agar produk pertanian makin baik dari sisi ketahanan maupun produktifitasnya. Sebagai contoh masyarakat Indonesia sejak lama sudah akrab dengan produk padi varietas IR dan PB, atau semangka tanpa biji yang semuanya adalah hasil bioteknologi.
Sementara pakar pertanian dari Universitas Jember Prof. Bambang Sugiharto mengatakan pihaknya sudah mengembangkan tebu toleran kering dan varietas tebu itu sekarang sudah dibudidayakan oleh para petani tebu di bawah binaan PTPN XI.
Menurutnya para peneliti Unej sudah banyak meneliti dan mengembangkan bioteknologi di bidang pertanian dan kesehatan. Bioteknologi memungkinkan peneliti membuat solusi bagi banyak problem, misalnya padi dengan vitamin A, tomat yang memiliki cita rasa lebih manis dan produk lainnya.
Tebu varietas toleran kering pertumbuhannya lebih cepat, jumlah batang per juring lebih banyak dan produktifitas lebih tinggi dibandingkan tebu varietas lainnya.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Jawa Timur Sumrambah yang juga Wakil Bupati Jombang itu berharap mahasiswa pertanian mau menjadi petani dan anak petani tidak malu meneruskan profesi orang tuanya, tentu saja menjadi petani modern yang menguasai teknologi termasuk bioteknologi.
Baca juga: IPB ungkap potensi bisnis anggrek perlu pendekatan bioteknologi
Baca juga: Menkes: RUU peluang Indonesia kejar ketertinggalan bioteknologi
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023