Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar-bank Jakarta, Senin pagi, menguat tajam hingga mencapai Rp9.160/9.170 dibanding penutupan akhir pekan lalu Rp9.263/9.300 per dolar AS atau mengalamai kenaikan sebanyak 103 poin.
Ekonom Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan, di Jakarta, Senin, mengatakan kenaikan rupiah yang berlanjut, karena pelaku pasar sudah mengantisipasi kenaikan suku bunga AS sebesar 25 basis poin menjadi 5,25 persen.
Kenaikan bunga AS sebesar itu, mengakibatkan pelaku pasar memburu rupiah ketimbang dolar AS, apalagi perkiraan pasar kenaikan bunga AS itu kemungkinan merupakan yang terakhir kali, meski ada analis lainnya yang menyebutkan bahwa suku bunga AS akan bisa naik berkisar antara 5,5 persen hingga 6 persen, katanya.
Karena itu, lanjutnya rupiah pada akhir pekan diperkirakan akan terus menguat hingga dibawah level Rp9.000 per dolar AS.
Bahkan rupiah pada akhir tahun ini akan bisa mencapai antara Rp8.500 hingga Rp8.800 per dolar AS, ujarnya.
Menurut dia, sentimen positip pasar terhadap rupiah cukup kuat terutama dukungan dari eksternal seperti kenaikan harga saham Asia.
Kenaikan saham-saham Asia itu, akibat survei Tankan Jepang yang menyebutkan untuk mengantisipasi isu negatif pasar itu atas kenaikan suku bunga AS itu, maka harga saham Asia diperkirakan akan terus menguat, katanya.
Survei Tankan Jepang juga menyebutkan bahwa kepercayaan bisnis Jepang telah menunjukkan perbaikan, meski sejumlah industri lainnya terpuruk, akibat merosotnya harga saham Asia beberapa waktu lalu, tambahnya.
Rupiah ketika pasar dibuka langsung menguat hingga di level Rp9.170 per dolar AS, bahkan menjelang pasar ditutup posisinya berubah mencapai Rp9.165 per dolar AS hingga ditutup pada sesi pagi itu.
Karena itu pada penutupan pasar sore nanti, rupiah akan terus menguat mencapai level Rp9.100 per dolar AS, mengingat sentimen pasar cukup kuat, apabila Bank Indonesia (BI) terus melakukan pengawasan ketat pergerakan mata uang asing di pasar domestik.
"Kami memperkirakan rupiah akan terus bertengger di bawah level Rp9.000 per dolar AS, apabila The Fed benar-benar mengakhiri kenaikan suku bunganya, pertumbuhan ekonominya agak melambat," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2006