Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Mathla’ul Anwar K.H. Embay Mulya Syarief mengingatkan dewan kemakmuran masjid (DKM) untuk menjaga netralitas masjid, sehingga perlu adanya upaya penyuluhan kepada para pengurus terkait hal tersebut.
Dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Selasa, Embay mengatakan bahwa menjaga netralitas masjid merupakan hal yang penting agar rumah ibadah tidak dijadikan panggung politik ataupun tempat infiltrasi paham radikalisme oleh siapa pun.
“Berbicara bagaimana kita merangkul semua, kalau di masjid itu enggak boleh menjelekkan pemerintah, menjelekkan seseorang itu enggak boleh. Jadi, perlu ada semacam penyuluhan kepada pengurus-pengurus DKM,” kata Embay.
Dia mengatakan pengurus masjid perlu memberikan pemahaman Islam yang benar bahwa Islam adalah agama yang rahmat untuk semesta alam, bukan hanya rahmat bagi muslim. Islam, kata Embay, melarang umatnya untuk melakukan kekerasan.
“Bahasa pun kita harus ‘wakulu linnasi husna’ (katakan kepada manusia perkataan terbaik). Baru setelah itu ada perintah ‘wa aqīmuṣ-ṣalāta wa ātuz-zakāta’ (dirikan salat dan tunaikan zakat). Tapi di awalnya, itu tadi ‘wakulu linnasi husna’. Jadi, ini yang kurang dipahami,” katanya.
Lebih lanjut, Embay tidak memungkiri bahwa saat ini cukup sulit untuk membendung berita atau konten yang berasal dari media sosial. Padahal, tidak semua konten tersebut berdampak positif kepada umat.
“Orang-orang itu membuat konten agar viral dan kemudian dapat bayaran, kan sekarang begitu kenyataannya. Mendramatisir sesuatu agar viral kemudian dia dapat bayaran. Pemerintah harus berani memblokir konten-konten (ideologi ekstrem) seperti itu,” ucapnya.
Menurutnya, anak muda pada era sekarang dapat dengan mudah mendapat informasi yang disalahgunakan untuk menanamkan ideologi ekstrem. Sejatinya, kata dia, Islam memiliki sejarah serupa ketika anak muda diberi pemahaman yang salah terkait Islam.
“Bagaimana terjadi ketika pembunuhan kepada Amirul Mukminin Utsman bin Affan. Kan itu anak-anak muda yang diberikan pemahaman yang salah tentang Islam. Mereka akhirnya memberontak dan kemudian terjadilah pembunuhan kepada kepala negara. Itu anak-anak muda,” paparnya.
Oleh sebab itu, dia menyebut anak muda harus dibekali dengan ilmu keagamaan yang tepat, mulai dari rumah atau keluarga, lingkungan masyarakat, hingga pemerintah.
Terkait lingkungan keluarga, ia mendorong keluarga di Indonesia untuk menyeriusi pendidikan agama. Hal ini agar tidak lagi muncul kesalahpahaman yang menyebabkan malapetaka di antara anggota keluarga.
“Islam mengajarkan dari awal pada keluarga dulu, ‘ku anfusakum wa ahlikum’, jaga dirimu dan keluargamu. Itu adalah ajaran Islam, di mana yang jadi masalah saat ini masih banyak keluarga yang belum memahami itu,” kata dia.
Baca juga: Pangdam Jaya ajak masyarakat untuk memakmurkan masjid
Baca juga: Himalo NTB mendorong pembinaan masjid untuk melawan radikalisme
Baca juga: Menparekraf luncurkan e-katalog masjid mengenai destinasi religi
Pewarta: Fath Putra Mulya
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2023