Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menegaskan bahwa sangat berbahaya jika menurunkan syarat nilai kelulusan dalam ujian nasional (UN), sehingga pemerintah memutuskan untuk menaikkan ambang batas kelulusan rata-rata dari 4,25 menjadi 4,5.
"Kita tidak ingin jadi bangsa kuli. Kita harus membuat anak-anak belajar lebih keras. Jangan belajar tidak belajar hasilnya lulus," kata Wapres dalam pertemuan dengan para pemimpin redaksi media massa di kediaman dinasnya di Jl Diponegoro No.2 Jakarta Pusat, Minggu malam.
Dalam pertemuan yang juga dihadiri Mendiknas Bambang Sudibyo itu, Wapres Jusuf Kalla mengatakan, ibarat lompat tinggi, galahnya diturunkan dan bukannya anaknya didorong supaya bisa loncat lebih tinggi.
"Kalau itu dilakukan berarti terjadi degradasi. Orang lain dinaikkan standar kelulusannya, kita diturunkan," kata Kalla yang dikenal suka berbicara blak-blakan.
Yang lebih menyakitkan lagi, katanya, di Singapura kriteria kelulusan nilainya 8 dan Malaysia 6, sedangkan di Indonesia 4,26 saja di demo.
Padahal, lanjutnya, makin tinggi kriteria kelulusan maka semakin tinggi mutu kelulusannya. Sedangkan makin rendah kriteria kelulusan, maka makin rendah mutu kelulusannya.
"Mau jadi apa bangsa ini?", tanya Kalla heran bila upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan didemo.
Kalau mau populis, katanya, ujian nasional itu diulang tiga kali. "Tetapi kami tidak ingin mencari popularitas karena yang kami inginkan adalah bagaimana memiliki martabat di bidang pendidikan," katanya.
Ia memberi contoh adanya siswa yang juara Olimpiade Fisika tapi tidak lulus ujian nasional, karena mungkin saja waktu itu anaknya sedang tidak sehat atau ada masalah lain.
"Kalau David Beckham (Kapten Tim Nasional Sepakbola Inggris) sakit lalu Inggris kalah, bukan berarti piala dunianya harus diulang," kata Kalla disambut tawa hadirin.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006