Stroke bukan hanya beban penyakit nomor satu penyebab kematian prematur, melainkan jumlahnya jauh di antara negara-negara pembanding,"

Jakarta (ANTARA News) - Stroke merupakan penyakit penyumbang tertinggi bagi kematian prematur sejak 2010, berdasarkan hasil studi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan.

"Stroke bukan hanya beban penyakit nomor satu penyebab kematian prematur, melainkan jumlahnya jauh di antara negara-negara pembanding," kata Menkes Nafsiah Mboi yang diwakili Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi Agus Purwadianto pada Seminar Hasil Studi Beban Penyakit, Trauma dan Faktor Risiko di Indonesia Tahun 2010: Tingkat dan Kecenderungan di Kemenkes, Jakarta, Selasa.

Nafsiah menjelaskan stroke juga merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) pada orang dewasa. Dia menjelaskan PTM merupakan penyebab utama kematian prematur, yakni berubah dari penyakit menular, khusunya pada bayi dan anak menjadi penyakit tidak menular pada orang dewasa.

Dia menyebutkan penyakit tersebut di antaranya, stroke, jantung koroner, diabetes melitus serta trauma atau kecelakaan.

Selain stroke, penyebab utama lainnya yakni tuberkulosis dan kecelakaan lalu lintas. Dia memaparkan penyakit menular juga bisa disebabkan oleh penyakit menular seperti, tuberkulosis, diare, pneunomia dan kecelakaan lalu lintas.

"Di Indonesia dan negara berkembang lainnya dalam dua dasawarsa terakhir telah terjadi transisi kesehatan dikarenakan usia harapan hidup yang bertambah, meningkatkan jumlah penduduk usia lanjut dan peningkatan insiden penyakit tidak menular (PTM)," katanya.

Penelitian tersebut menggunakan pendekatan The Global Burden of Disease (GDB) untuk mengetahui besarnya kehilangan usia produktif karena penyakit menular dan tidak menular (kronik-degeneratif), trauma (injury) dan faktor menurut usia, jenis kelamin dan geografis pada waktu tertentu.

Pendekatan GBD memberi estimasi tingkat kematian prematur dan disabilitas yang disebabkan oleh 291 penyakit dan trauma, 1.160 disabilitas (sequelae) sebagai akibat langsung penyakit dan trauma serta 67 faktor risiko menurut umur dan jenis kelamin.

Dia mengatakan hasil studi tersebut bertujuan untuk menyebarluaskan informasi berbasis bukti mengenai beban penyakit, trauma dan faktor risiko sebagai masukan bagi Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) sektor kesehatan 2015-2019.

"Selain itu, dapat menggambarkan besarnya masalah kesehatan, faktor risiko utama yang dapat dicegah serta kinerja sistem yang berkaitan 'bench-marking' dengan negara sebanding," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013