Jakarta (ANTARA) - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyebut kelompok tani modern memiliki konsep Neo Marhaenisme, karena memiliki tujuan membantu meningkatkan pertanian dan kesejahteraan petani nasional.

“Anda lahir dengan konsep baru yang lebih memberikan jalan terang atas pertanian Indonesia, maka saya berani mengatakan Anda bagian dari konsep Neo Marhaenisme,” ujar Moeldoko saat menerima kelompok tani modern di Gedung Bina Graha, Jakarta, Senin.

Moeldoko menjelaskan dalam konsep pemikiran Presiden pertama RI Soekarno tentang Marhaenisme, Bung Karno kala itu bertemu dengan petani yang bernama Marhaen, yang memiliki alat produksi dan sebidang lahan, namun kondisinya masih memprihatinkan. Melalui konsep Marhaenisme, Bung Karno ingin petani meningkat kesejahteraannya.

Moeldoko yang juga Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) itu melihat tujuan dari konsep Marhaenisme Bung Karno ini sangat bagus yang bertujuan mencari keadilan dan kesejahteraan.

“Jangan dilihat aspek politik, tapi lihat ujungnya (tujuannya) bagaimana para petani bisa menikmati kesejahteraan,” jelasnya.

Dia menekankan kehadiran petani modern dengan solusi dan inovasi digital tak ubahnya konsep Marhaenisme Bung Karno yang ingin meningkatkan keadilan dan kesejahteraan bagi petani, maka ia menyebut konsep petani modern sebagai Neo Marhaenisme.

“Konsep Marhaen adalah seorang petani yang punya alat produksi, punya sebidang lahan. Alat produksinya berbeda. Kalau dulu alat produksi mungkin sebuah cangkul, sekarang alat produksi yang dimiliki mereka adalah gadget yang bisa mengubah menjadi metafarm. Ini perbedaannya,” ujar dia.

“Mereka juga punya lahan walaupun sempit karena lahannya cukup di bangun di atas green spot, bisa juga di atas air. Mereka bisa bercocok tanam, tidak membutuhkan lahan yang luas. Jadi ilustrasi-ilustrasi itu bisa saya katakan bahwa konsep itu sesungguhnya bisa melekat kepada anak-anak muda yang punya semangat yang sama dengan apa yang dipikirkan oleh Pak Karno,” kata dia.

Moeldoko berharap akan ada kebijakan baru untuk mentransformasi pertanian ke depan, karena menurutnya pertanian ke depan perlu pendekatan-pendekatan berbeda.
​​​​​​​

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Edy M Yakub
Copyright © ANTARA 2023