Surabaya (ANTARA) - Bagi sebagian besar peserta didik, belajar dianggap sesuatu yang membosankan dan monoton. Apalagi belajar dilakukan di dalam kelas dengan aktivitas yang selalu sama setiap harinya.

Model belajar seperti itu menjadikan belajar tidak menarik lagi bagi siswa. Bahkan antusiasme dalam mengikuti pembelajaran juga berkurang. Siswa cenderung pasif dan tidak ada kreatifitas maupun inovasi inovasi yang muncul dari peserta didik.

Salah satu metode pembelajaran yang dinilai dapat meningkatkan semangat dan antusiasme para siswa adalah melalui metode outbound training (outing class) atau belajar di luar kelas atau di alam bebas.

Metode ini sejalan dengan konsep Kurikulum Merdeka Belajar yang sering digaung-gaungkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nadiem Anwar Makarim. Merdeka Belajar menitikberatkan pada kemerdekaan dalam berpikir.

Para siswa diberi kebebasan untuk mengakses ilmu. Sumber ilmu bukan sebatas pada ruang kelas, guru, tetapi bisa di luar kelas, di media daring atau internet, perpustakaan, dan juga di lingkungan sekitar. Sehingga guru dalam hal ini tidak lagi menjadi sumber utama.

Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka juga lebih menekankan pada pengembangan minat dan bakat anak. Hal itu sesuai dengan tujuan dari program Merdeka Belajar yakni membentuk para pelajar yang siap kerja dan kompeten, serta berbudi luhur di lingkungan masyarakat.

Bisa dikatakan pembelajaran di luar kelas merupakan salah satu implementasi Merdeka Belajar, yaitu dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber ilmu. Selain itu, menciptakan suasana belajar yang bahagia tanpa dibebani dengan pencapaian skor atau nilai tertentu.

Dengan "outing class" ini, guru dituntut bisa berinovasi, kreatif, dan mandiri dalam pembelajaran. Untuk itu, dibutuhkan sebuah strategi bagi guru saat melakukan pembelajaran di luar kelas.

Guru mengajak peserta didik untuk lebih mengenal dan mengeksplorasi lingkungan sekitar. Harapannya peserta didik memiliki sebuah pengalaman pembelajaran yang bermakna. Artinya, pembelajaran bisa membekas dan berkesan karena diingatkan peserta didik sehingga mereka selalu mengingat materi yang diajarkan.

Selain itu, "outing class" merupakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga peserta didik bisa lebih menumbuhkan kreativitas yang mereka miliki.

Pembelajaran ini dapat dilakukan dengan mengajak peserta didik untuk mengamati lingkungan sekitar sekolah, mengidentifikasi tanaman yang ada di sekitar sekolah, atau melakukan praktik menanam dan merawat tumbuhan.

Guru juga bisa mengajak peserta didik untuk jalan-jalan dan meminta peserta didik untuk mengamati keadaan lingkungan dan apa yang mereka lihat di sepanjang perjalanan, jelajah alam sekitar atau guru juga bisa mengadakan kegiatan outbond sederhana bersama peserta didik.

Pembelajaran "outing class" dilakukan dengan kegiatan yang bebas dan menyenangkan, artinya pembelajaran tidak memberatkan peserta didik baik secara fisik, kognitif, maupun psikis. Hal ini juga merupakan salah satu bentuk hiburan peserta didik untuk membangun keakraban dengan sesama teman maupun dengan guru.

Selama ini, masih banyak guru yang melakukan pembelajaran secara konvensional, yaitu pembelajaran dilakukan di dalam kelas dengan memberikan materi dan tugas itu-itu saja. Akibatnya peserta didik cenderung mengalami kebosanan.

Untuk itu, tidak ada salahnya bila sesekali pembelajaran dilakukan di luar kelas dengan rancangan kegiatan bebas, ringan, dan menyenangkan agar peserta didik lebih santai sehingga materi lebih tersampaikan secara optimal.

Melalui kegiatan tersebut, peserta didik mampu menyampaikan pembelajaran yang tak berlandaskan pada teori saja namun berdasarkan pembuktian secara langsung di lapangan. Hal itu membuat peserta didik bisa memahami materi dengan cepat dengan pendekatan yang ada di alam serta melihat realita yang sesungguhnya.

Dengan melangsungkan pembelajaran di luar kelas, siswa akan mendapatkan pengalaman baru sekaligus mendapatkan pengetahuan baru. Selain itu, motivasi siswa untuk belajar juga semakin meningkat karena bisa melakukan pembelajaran sambil bermain dan melakukan aktivitas fisik.

Siswa bisa berpetualang, mengamati sebuah objek serta mempelajarinya hingga mempraktekkan suatu kegiatan tertentu.

Beberapa contoh "outing class" adalah dengan berkunjung ke kebun binatang. Siswa bisa melihat secara langsung dan mempelajari mengenai berbagai jenis satwa.

Selain itu, melakukan outbond atau berkemah. Hal ini membuat siswa bisa mengasah softskill seperti leadership, problem solving, kerja sama, komunikasi dan lain-lain.

Begitu juga Berkunjung ke agro wisata. Siswa bisa mempelajari pelajaran IPA ataupun Biologi mulai dari mempelajari jenis-jenis tumbuhan, cara penanaman dan lain-lain.

Berkunjung ke museum atau perpustakaan menjadi tempat outing yang mengasyikkan bagi anak karena bisa mempelajari berbagai hal mulai dari sains, sejarah, teknologi dan lain-lain.

Selain itu, museum juga memiliki banyak fasilitas dan teknologi menarik yang bisa mengajarkan anak mengenai suatu materi tertentu. Sedangkan ke perpustakaan mampu mengasah kemampuan literasi peserta didik.

Kesetaraan

Salah satu daerah yang menekankan pentingnya penerapan metode "outing class" adalah Kota Surabaya, Jawa Timur. Dinas pendidikan setempat di antaranya mengajak para guru negeri dan swasta melakukan senam sehat bersama di kawasan Kebun Raya Mangrove Gunung Anyar, Surabayai.

Kegiatan yang baru pertama kali digelar itu mempunyai nilai lebih yakni senam yang dikemas dengan santai sekaligus juga mengenalkan salah satu wisata Surabaya yang baru. Paling tidak kegiatan seperti itu dapat menjadi sumber inspirasi bagi para guru.

Guru bisa memodifikasi pembelajarannya dengan pembelajaran berdasarkan potensi yang ada kekhasan di suatu daerah. Pada akhirnya, para siswa bisa belajar tentang potensi wisata serta tanaman dan satwa yang ada.

Dengan metode pembelajaran "outing class", diharapkan mampu menambah variasi dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi aktif, kreatif, inovatif dan mampu menghadirkan suasana yang menyenangkan dengan melibatkan siswa, guru dan alam sekitar.

Target yang ingin dicapai dengan belajar di luar kelas adalah, pertama, anak-anak senang dan memperoleh ilmu. Kedua, dengan diperkenalkan banyak materi di lingkungan sekitar seperti bidang pertanian, peternakan dan lain-lain, anak-anak mampu merespon sehingga tumbuh minat.

Kegiatan itu juga secara tidak langsung juga menghilangkan sekat perbedaan antara sekolah negeri dan swasta maupun guru negeri dan swasta. Karena pada dasarnya pendidikan itu tidak bisa disekat. Pendidikan harus dimulai dari hati dan semangat bersama.

Sehingga yang merasakan pendidikan itu hasilnya adalah para siswa. Karena anak-anak ini memberikan contoh kasih sayangnya orang tua.

Selain itu, memberikan dampak-dampak positif bagi para guru negeri dan swasta. Bagaimana dalam bidang pendidikan itu mereka tidak untuk bersaing, melainkan bisa saling melengkapi.

Kesetaraan antara sekolah negeri dan swasta perlu disuarakan terus menerus oleh para pemangku kebijakan agar kedepannya tidak ada lagi ketimpangan dari segi kualitas kurikulum pendidikan, infrastruktur, dan fasilitas lainnya.

Sekolah swasta juga harus berkolaborasi dengan sekolah negeri untuk membuat inovasi baru. Hal itu perlu dilakukan untuk menghilangkan sekat yang saat ini sudah melekat di masyarakat.

Tidak hanya itu, Dewan Pendidikan juga harus bisa menjembatani antara pemerintah daerah dengan berbagai pihak mulai dari lembaga pendidikan negeri dan swasta, Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), guru, akademisi, wali murid, hingga elemen yang berkaitan dengan pendidikan.

Saran dan masukan yang diberikan oleh Dewan Pendidikan bisa membuat gebrakan baru di sekolah. Yang lebih penting pula bagaimana membuat murid dan guru menjadi lebih nyaman.

Pendidikan menjadi salah satu komponen yang menentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), selain kesehatan dan ekonomi. Untuk itu, pemerintah daerah harus memberikan perhatian penuh terhadap pendidikan, utamanya keberadaan anak-anak usia sekolah.

Copyright © ANTARA 2023