Yogyakarta (ANTARA News) - Aktivitas Gunung Merapi (2.965 mdpl) pada Minggu pagi pukul 00.00 - 06.00 WIB tidak teramati secara visual dari seluruh pos pengamatan akibat terhalang kabut, kecuali dari pos pengamatan Selo, Boyolali, Jawa Tengah pada pukul 02.25 - 06.00 WIB. Namun, menurut Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Drs Subandriyo, Minggu, rekaman Seismograf mencatat terjadi luncuran awan panas sebanyak 4 kali, gempa guguran 35 kali, gempa tektonik 3 kali dan tidak terjadi gempa multiphase (MP). Hasil pengamatan visual pada pukul 05.35 WIB menunjukkan asap solfatara berwarna putih tebal, dengan tekanan lemah yang condong ke timur dan ketinggian maksimum 650 meter. Sementara itu, pada 1 Juli 2006 rekaman Seismograf mencatat terjadi luncuran awan panas sebanyak 13 kali, gempa tektonik 4 kali, gempa guguran 250 kali, MP 4 kali tetapi tidak terjadi gempa vulkanik. "Hingga kini guguran lava pijar masih terjadi, tetapi frekuensi kejadian dan jarak luncurnya menurun," katanya. Ia menambahkan secara umum aktivitas Gunung Merapi masih fluktuatif dalam kecenderungan menurun. Karena itu, aktivitas Merapi masih dalam status "awas" khusus untuk sektor Gendol sampai radius delapan kilometer dari puncak Merapi. Berdasarkan status itu, BPPTK masih merekomendasikan agar wilayah di sepanjang alur Kali Krasak/Bebeng, Bedog, Boyong dan Kali gendol dalam radius delapan kilometer dari puncak gunung pada jarak 300 meter dari tebing sungai tetap dikosongkan, karena berpotensi terancam awan panas. Selain itu, masyarakat diminta menghentikan semua kegiatan terutama penambangan pasir di sungai, bertani, berkebun dan beternak di sekitar alur sungai yang berhulu di Merapi dalam radius delapan kilometer. Pendakian ke puncak Merapi juga masih dilarang. (*)
Copyright © ANTARA 2006