Dia menyampaikan bahwa daerah aliran sungai merupakan salah satu sumber masalah banjir di Kota Cirebon pada musim penghujan.
Menurut dia, sungai-sungai di Kota Cirebon telah mengalami penyempitan dan pendangkalan sehingga tidak mampu menampung peningkatan volume air saat hujan turun.
"Saya tinggal di Cirebon ini sejak tahun 1954, tapi semakin tahun kok semakin banyak problem banjir. Sungainya semakin lama malah sempit, karena ada okupansi, baik sengaja maupun tidak sengaja, dari masyarakat," katanya.
Dia mengemukakan bahwa pendirian banyak bangunan di sekitar daerah aliran sungai telah menurunkan kemampuan area menyerap air.
Agung mengatakan, penanganan masalah tersebut membutuhkan sinergi pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Masyarakat juga harus berpartisipasi aktif dalam upaya menjaga daerah aliran sungai.
Direktur Bina Operasi dan Pemeliharaan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat M Adek Rizaldi menjelaskan bahwa pemerintah sudah berusaha mengeruk sedimen dan sampah sungai guna mengurangi risiko banjir di Kota Cirebon.
Namun demikian, dia mengatakan, upaya tersebut menjadi kurang efektif karena kesadaran warga untuk menjaga kebersihan sungai masih rendah.
Adek juga menyampaikan bahwa idealnya saat hujan turun 70 persen airnya terserap ke tanah dan 30 persen lainnya masuk ke aliran sungai.
"Kondisinya sekarang pemukiman sudah tumbuh berkembang, tutupan lahan tidak ada lagi, sehingga begitu datang hujan itu terbalik (kondisi penyerapan airnya)," kata dia.
Oleh karena itu, dia menyampaikan, daerah aliran sungai di Kota Cirebon dan daerah-daerah yang lain secara bertahap mesti dibenahi dengan melibatkan masyarakat guna mengurangi risiko banjir.
Baca juga:
Pemerintah cari solusi untuk atasi banjir di Cirebon
Banjir menyebabkan 1.248 rumah warga tergenang di Cirebon
Pewarta: Feri Purnama
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2023