Adanya teknologi itu, Jawa 9 dan 10 bisa dianggap sebagai power plant hybrid yang menjadikan amonia sebagai bahan bakar hingga 60 persen

Jakarta (ANTARA) - Pembangkit Listrik Ultra Selective Catalytic Reduction (USCR) Jawa 9 dan 10 bakal menjadi pembangkit hybrid pertama yang menggunakan amonia dan hidrogen hijau atau ramah lingkungan, dalam proses produksinya.

Hal tersebut ditandai dengan nota kesepahaman atau MoU antara PT Indo Raya Tenaga (IRT), sebagai pemilik dan operator PLTU Jawa 9 dan 10 dengan Doosan Enerbility yang disaksikan oleh pemerintah kedua negara, Indonesia dan Korea Selatan, dalam rangkaian Pertemuan Meja Bundar Bisnis KTT ke-43 ASEAN di Jakarta, Kamis (7/9).

Presiden Direktur IRT Peter Wijaya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat mengatakan penggunaan amonia hijau dan hidrogen hijau tersebut bertujuan untuk mendukung kebijakan net zero emission (NZE).

"Kenapa PLTU Jawa 9 dan 10 menginisiasi amonia hijau? karena seperti kita ketahui Jawa 9 dan 10 merupakan satu-satunya pembangkit yang menggunakan teknologi SCR (selective catalytic reduction) di Indonesia. Adanya teknologi itu, Jawa 9 dan 10 bisa dianggap sebagai power plant hybrid yang menjadikan amonia sebagai bahan bakar hingga 60 persen. Hal itu sudah di-review dengan PLN Enjiniring dan hasilnya memuaskan," ujar Peter.

Peter menjelaskan bahwa kedua pihak akan melakukan studi bersama untuk mengembangkan peta jalan dan perencanaan atas permintaan dan rantai pasokan amonia hijau di Indonesia. Menurutnya, hingga saat ini, belum ada pembangkit yang menggunakan amonia hijau dan hidrogen hijau secara komersial.

Namun, hasil tinjauan yang dilakukan IRT bersama pemangku kepentingan di Korea Selatan menyimpulkan bahwa boiler pada pembangkit berteknologi SCR tersebut memang bisa menggunakan amonia hijau dan hidrogen hijau sampai 60 persen dari materi energi yang dipakai untuk produksi listrik.

"Kesepakatan itu adalah upaya ekstra manajemen Jawa 9 dan 10 untuk memperluas kapabilitasnya sebagai pembangkit hybrid sekaligus menjawab tantangan dalam menciptakan permintaan dan rantai pasokan amonia hijau di Indonesia. Ini juga menegaskan keseriusan dalam mengembangkan pasar amonia hijau dan hidrogen hijau di Indonesia ini," ucap Peter.

Sementara, Vice President dari Doosan Power, Shin Dongkyu mengatakan pihaknya selama ini mengembangkan beragam inovasi teknologi maju yang bertujuan menciptakan produk-produk ramah lingkungan dan mendukung tercapainya NZE (Net Zero Emission).

"Kami berupaya menciptakan produk berteknologi tinggi yang ramah lingkungan," kata Shin.

Sebelumnya, IRT bersama PLN Enjiniring juga telah bersepakat melakukan studi untuk maksimalkan penggunaan amonia hijau sebagai bahan bakar pembangkit Jawa 9 dan 10. Kesepakatan itu tertuang dalam MoU di dalam agenda KTT G20 di Bali pada November 2022 lalu.

Amonia hijau dan hidrogen hijau merupakan bahan bakar yang tidak menghasilkan emisi karbon dalam proses produksi dan penggunaannya. Penggunaan amonia hijau dan hidrogen merupakan salah satu solusi transisi energi yang sudah mulai diadaptasi oleh negara-negara maju untuk bahan bakar pembangkit listrik dan kendaraan bertenaga listrik.

Baca juga: PLN kembangkan ekosistem ekonomi hijau di DIY untuk sumber energi PLTU
Baca juga: PLN EPI uji coba fasilitas pencampuran batu bara jamin suplai ke PLTU

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023