Jumlah harimau 165 ekor tersebut tersebar di seluruh wilayah TNKS, bukan hanya di wilayah IV,"
Padang Aro, Sumbar (ANTARA News) - Populasi harimau dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Sebalat, Sumbar, diperkirakan 165 ekor, kata Kepala TNKS Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah IV Solok Selatan M Zainudin.
"Jumlah harimau 165 ekor tersebut tersebar di seluruh wilayah TNKS, bukan hanya di wilayah IV," katanya di Padang Aro, Jumat.
Ia mengatakan, untuk wilayah Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah IV dan Kerinci, Provinsi Jambi, yang berbatasan lansung dengan Sumbar, diperkirakan jumlahnya 32 ekor.
Dia merinci populasi harimau di Solok Selatan, Pesisir Selatan dan Kerinci diperkirakan 22 ekor. "Sedangkan di wilayah Solok Selatan, Kerinci, Marangin Bungo 33 ekor dan di Sipurak Bangko 10 ekor," ujarnya.
Menurut dia, untuk wilayah Kerinci, Merangin, Mukomuko, Bengkulu Utara, Lebong, Rejang Lebong, Musi Rawas dan Lubuk Linggau mencapai 95 ekor.
Dia mengatakan, berdasarkan rekaman kamera "trap" yang dipasang di SPTN IV terekam enam ekor di Muara Labuh, Kecamatan Sungai Pagu.
"Untuk kamera `trap` di TNKS SPTN IV memang belum semua dipasang, tetapi dari hasil yang ditemukan di Muaralabuh diperkirakan enam ekor," ujarnya.
Selain itu, kata dia,pada Februari 2013 masyarakat juga menemukan empat ekor harimau di Blok P area perkebunan PT Sumatera Jaya Agro Lestari (SJAL).
"Beruntung harimau tersebut tidak ditembak atau dibunuh oleh masyarakat maupun pekerja di perusahaan itu karena cepat dilaporkan kepada petugas," kata dia.
Harimau yang masuk ke kawasan perkebunan tersebut, kata dia, kemungkinan berburu atau melatih anaknya karena di sekitar tempat itu ditemukan banyak babi hutan.
"Karena sudah masuk dalam pekarangan warga maka kita melakukan penanganan konflik antara manusia dan harimau dengan cara menghalaunya kembali ke hutan," katanya.
Dia berharap jika masyarakat menemukan harimau di sekitar tempat tinggal maupun perkebunan segera dilaporkan ke petugas TNKS supaya cepat ditangani.
"Untuk perburuan harimau di daerah itu memang masih marak. Ini dibuktikan masih ditemukannya jerat yang dipasang oleh masyarakat," katanya. (*)
Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013