Yogyakarta (ANTARA News) - Hasil rekaman seismograf terhadap aktivitas Gunung Merapi (2.965 mdpl) dari pukul 00.00 hingga 06.00 WIB, Sabtu, tercatat gempa guguran terjadi 53 kali dan gempa tektonik satu kali, tetapi tidak terjadi awan panas dan gempa fase banyak atau multiphase (MP). "Dari pengamatan visual pun, guguran lava maupun awan panas tidak teramati dari pos-pos pengamatan," kata Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Drs Subandriyo, Sabtu. Ia mengatakan secara umum aktivitas vulkanik Merapi masih fluktuatif dalam tren menurun. Guguran lava pijar masih terjadi, namun frekuensi kejadian dan jarak luncurnya relatif menurun. "Tetapi status aktivitas gunung ini masih tetap `awas` khusus untuk sektor Gendol sampai radius delapan kilometer dari puncak Merapi," sambungnya. Dikatakannya, cuaca di puncak gunung pada pagi hari cerah. Asap solfatara berwarna putih tebal dengan tekanan sedang, dan tinggi asap ini sekitar 650 meter dari puncak gunung, yang teramati dari Pos Pengamatan Merapi di Selo (Boyolali, Jawa Tengah) pada pukul 05.30 WIB. Kata dia, BPPTK masih merekomendasikan agar wilayah di sepanjang alur Kali Krasak/Bebeng, Bedog, Boyong dan Kali gendol dalam radius delapan kilometer dari puncak gunung pada jarak 300 meter dari tebing sungai tetap dikosongkan, karena berpotensi terancam awan panas. Juga masyarakat diminta menghentikan semua kegiatan terutama penambangan pasir di sungai, bertani, berkebun dan beternak di sekitar alur sungai yang berhulu di Merapi dalam radius delapan kilometer. "Pendakian ke puncak Merapi juga masih dilarang," ujar Subandriyo.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006