Jakarta (ANTARA) - Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Perumusan Kebijakan Fiskal dan Makroekonomi Masyita Crystallin menyoroti perlunya memasukkan pendanaan transisi hijau (transition financing) ke dalam taksonomi hijau global sebagai usaha menangani dampak perubahan iklim.
Taksonomi hijau adalah sistem klasifikasi aktivitas ekonomi yang ramah lingkungan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang memiliki sistem taksonomi hijaunya tersendiri menggolongkan aktivitas ekonomi ke dalam kategori-kategori tertentu, yaitu hijau, kuning, dan merah.
"Kerangka pendanaan transisi iklim sebenarnya belum menjadi bagian dari taksonomi hijau global,” kata Masyita dalam diskusi daring Economix International Dialogue dengan tema “Financing the Green Transition of Developing Countries” di Jakarta, Rabu.
Masyita menyampaikan, pemerintah mempersiapkan regulasi keuangan transisi di tingkat Kementerian Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta regulasi pasar karbon nasional.
Indonesia turut mengusahakan untuk mengubah versi kedua Taksonomi ASEAN untuk Keuangan Berkelanjutan dengan memasukkan aspek pendanaan transisi dan ekonomi transisi.
Masyita menambahkan, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga sudah mempromosikan ekonomi transisi iklim di tingkat global. Sementara itu, Bank Indonesia bekerja keras mendorong pendanaan transisi di masa Presidensi G20 Indonesia tahun lalu.
Masyita mengatakan, selain berusaha memenuhi target kontribusi yang ditetapkan secara nasional (NDC) dalam penanganan iklim sebagaimana disepakati negara-negara anggota PBB dalam Perjanjian Paris 2015, negara-negara kini juga perlu mencapai target emisi nol.
Konsekuensinya, investasi dan pendanaan iklim serta transisi dari ekonomi cokelat (brown economy) yang tidak berkelanjutan dan tidak ramah lingkungan menuju ekonomi hijau harus ditingkatkan supaya emisi nol tercapai pada tahun yang ditargetkan.
Perlu kalkulasi dan penerapan yang amat hati-hati dalam menerapkan transisi iklim itu, seperti ketika akan memangkas kapasitas produksi sebuah pembangkit listrik dan memperhitungkan potensi pendapatan yang dilepas (foregone revenue) dari sumber itu.
Masyita juga mengatakan, upaya greenwashing, pencitraan semu untuk membuat suatu produk tampak ramah lingkungan, merupakan salah satu tantangan dalam transisi energi yang dapat merusak reputasi ekonomi hijau karena transisi menuju ekonomi hijau tidak benar-benar diterapkan.
Baca juga: Sri Mulyani: Upaya RI dalam aksi iklim sejalan dengan ASEAN
Baca juga: OJK berkomitmen dukung transisi ekonomi hijau
Pewarta: Nabil Ihsan
Editor: Sella Panduarsa Gareta
Copyright © ANTARA 2023