Untuk aktivitas fisik yang memiliki gerakan meloncat atau jump tidak disarankan
Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Gizi lulusan Universitas Indonesia (UI) dr.Maryam, Sp.GK mengatakan jalan kaki secara rutin dan terjadwal bisa menjadi aktivitas fisik yang ideal bagi penderita obesitas untuk menurunkan berat badannya dan menjadi lebih sehat.
"Aktivitas fisik ini penting bagi orang dengan obesitas. Hal yang paling mudah dilakukan yaitu jalan kaki, karena dengan kelebihan lemak tubuh, saat berjalan pun mereka membutuhkan usaha. Sehingga, jalan kaki selama setengah jam dalam satu hari sudah ideal dan sangat baik," kata dokter Maryam dalam diskusi yang berlangsung di Jakarta, Rabu.
Adapun pembentukan rutinitas untuk aktivitas fisik bagi penderita obesitas menjadi salah satu bagian dari intervensi mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat.
Setelah aktivitas fisik berjalan kaki sudah rutin dilakukan, Maryam mengatakan penderita obesitas bisa menambah aktivitas fisik lainnya seperti berjalan cepat hingga bersepeda dengan sepeda statis.
Baca juga: Pakar gizi ingatkan sering konsumsi mi instan bisa berisiko obesitas
"Untuk aktivitas fisik yang memiliki gerakan meloncat atau jump tidak disarankan bagi orang dengan obesitas karena berpotensi menyebabkan cedera lutut," katanya.
Dokter yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) itu kemudian mengingatkan selain aktivitas fisik, penderita obesitas juga perlu mengubah komposisi makanan, pola tidur, hingga pengelolaan stres.
Untuk komposisi makanan bagi penderita obesitas, Maryam menyarankan komposisi itu terdiri atas protein, karbohidrat, lemak, dan serat sehingga tubuh tetap mendapatkan nutrisi yang seimbang.
Secara rinci komposisi itu bisa terdiri atas 50 persen karbohidrat, protein dengan formula 0,8-1,2 gram/kilogram berat badan per hari, lemak 25 persen, serat 20-30 gram per hari.
Tak lupa Maryam mengingatkan bahwa penderita obesitas juga harus bisa mengatur pola tidur agar tidak terlalu larut dan mengelola stres agar tetap dapat menjaga hormon dapat seimbang.
Baca juga: Ahli Gizi: Atur pola makan seimbang sejak dini bisa cegah obesitas
"Jadi tidak cuma mengatur komposisi makanan dan juga aktivitas fisik tapi juga pola tidur dan pengelolaan stres perlu diperhatikan. Karena apabila kekurangan waktu tidur dan juga stres tidak dikelola dengan baik maka hormon lapar atau ghrelin ini bisa terus meningkat produksinya dan membuat penderita obesitas terus merasa lapar," kata Maryam.
Kasus obesitas atau berat badan berlebih di Indonesia menjadi salah satu kasus yang menjadi perhatian pemerintah. Dalam data Kementerian Kesehatan diketahui 1 dari 3 orang dewasa Indonesia mengalami obesitas.
Tak terkecuali pada anak-anak, didapati hasil 2 dari 5 anak usia 5-12 tahun juga mengalami masalah kelebihan berat badan.
Dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 juga terlihat terdapat tren peningkatan berat badan pada orang dewasa Indonesia.
Peningkatan kasus berat badan berlebih ini meningkat dua kali lipat dari data Riskedas 2007 yang berjumlah 19,1 persen, naik di 2018 menjadi 35,4 persen.
Baca juga: Penelitian dukung penggunaan ECMO untuk pasien obesitas sakit kritis
Baca juga: Kemenkes: ASI turunkan risiko obesitas saat anak beranjak dewasa
Baca juga: Dokter anak: Tata laksana anak obesitas dengan ganti camilan
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2023