Kemandirian digital oleh Telkom diwujudkan dengan pengembangan data center secara agresif.
Jakarta (ANTARA) - PT Telkom Indonesia Tbk bakal lebih agresif dan masif dalam mengembangkan data center di Indonesia seiring tingginya pertumbuhan bisnis ini dengan berbasiskan green energy.
Dari total kapasitas data center di Indonesia sebesar 1,5 gigawatt tahun 2030, Telkom merencanakan sudah memiliki 400 megawatt (MW) data center di tahun tersebut.
Direktur Wholesale & International Service Telkom Indonesia Bogi Witjaksono dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Rabu, mengatakan pembangunan data center oleh Telkom dilakukan demi mewujudkan kemandirian digital.
Dengan keberadaan data center di Indonesia, lokasi data center menjadi lebih dekat ke pelanggan dan ongkos transfer data menjadi semakin ekonomis dan tidak perlu mengeluarkan ongkos hanya untuk mengambil data ke luar negeri, sehingga secara ekonomi akan menaikkan cadangan devisa.
"Jumlah penduduk Indonesia lebih besar, siapa pemanfaat pengguna data pasti Indonesia (51persen dari total pengguna data Asia Tenggara). Oleh karena itu, kemandirian digital oleh Telkom diwujudkan dengan pengembangan data center secara agresif, karena harus ada di Indonesia agar ongkos transfer data lebih ekonomis dan data lebih dekat ke pelanggan," kata Bogi, di sela konferensi internasional NeutraDC Summit, di The Laguna Hotel Nusa Dua, Senin (4/9).
Chief Executive Officer NeutraDC Andreuw Th A F menambahkan, pertumbuhan compound annual growth rate (CAGR) bisnis data center dari tahun ke tahun mencapai 18 persen. Dengan tingginya pertumbuhan permintaan data center, Telkom terus menambah pembangunan data center di Cikarang dan Batam yang segera beroperasi pada akhir Oktober atau November dan beberapa kota lainnya.
Terkait keamanan data, Bogi Witjaksono memastikan seluruh data center yang dimiliki Telkom sudah menerapkan suatu standar global untuk bagaimana mengamankan data center.
Telkom Group akan terus memberikan value yang berbeda dari operator data center lain, salah satunya adalah membangun data center yang memiliki sustainability energy dan kedua, menjaga pengguna data terbesar yang merupakan salah satu pemain operator selular terbesar di Indonesia.
“Kedua value ini harus kita jaga, supaya kepentingan nasional bisa kita jaga juga,” kata Bogi menegaskan.
Dengan adanya data center di Indonesia, Bogi Witjaksono memaparkan, konsumen pengguna data internet di Indonesia menikmati keuntungan juga karena dapat menikmati layanan tarif internet yang kompetitif. Hal ini karena untuk bisa menikmati Shopee atau TikTok live streaming, dibutuhkan sumber daya yang besar sekali untuk mengalirkan data.
“Dibalik live streaming itu konsumsi sumber daya meningkat bukan dua kali bisa sepuluh kali lipat, itu untuk mengalirkan informasi live, resourcesnya besar sekali. Inilah tugas Telkom sebagai agen pembangunan pemerintah untuk dapat menjaga daya beli masyarakat dan menjaga kemandirian nasional dalam ekonomi digital dengan memberikan harga yang kompetitif,” kata Bogi.
Salah satu strategi untuk mempercepat pembangunan data center, ujar Bogi lagi, adalah memodernisasi STO-STO (Sentral Telepon Otomat) yang strategis untuk diubah menjadi neuCentriX. Hal ini dilakukan untuk menjadi market leader di Indonesia dengan kapasitas data center sebesar 400 megawatt tahun 2030.
Saat ini Telkom memiliki data center di 25 kota dengan utilisasi sudah mencapai lebih dari 70 persen, dan akan terus berencana melakukan ekspansi di beberapa kota di Indonesia bahkan di luar negeri.
Baca juga: Kemenkominfo apresiasi pusat riset teknologi "Open RAN" di Indonesia
Baca juga: Telkom mendukung digitalisasi sektor perusahaan lewat OCA
Pewarta: Budi Suyanto
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023