Mereka telah menyelesaikan bagian-bagian mudah namun realisasi tidak akan cepat, ketika memasuki bagian sulit. Ketika anda mendapat gagasan tersebut, akan ada ukuran proteksi yang diambil sisi eknomi negara masing-masing,"
Bandar Seri Begawan (ANTARA News) - Pertemuan para pemimpin Asia Tenggara di Brunei, pekan ini, menyatakan bahwa mereka telah mencapai kemajuan mengenai perdagangan tunggal ASEAN pada 2015, namun kini pembicaraan memasuki bagian tersulit terkait sikap proteksi.
Namun, para pemimpin perhimpunan bangsa Asia Tenggara (ASEAN) berupaya keras untuk menemukan pemecahan masalah dan target, kata Presiden Benigno Aquino kepada pers di Brunei, saat dia menghadiri Konfrensi Tingkat Tinggi ASEAN yang berakhir Kamis.
"Mereka telah menyelesaikan bagian-bagian mudah namun realisasi tidak akan cepat, ketika memasuki bagian sulit. Ketika anda mendapat gagasan tersebut, akan ada ukuran proteksi yang diambil sisi eknomi negara masing-masing," kata Aquino, Rabu waktu setempat.
"Namun, sejak kita fokus untuk mencapai target, setiap pihak yang meyakini bahwa pendirian komunitas akan bermanfaat akan bekerja keras meraih target itu," katanya.
Tuan rumah konfrensi tersebut, pemimpin Brunei, Sultan Hassanal Bolkiah mengatakan ASEAN telah meraih lebih dari tiga perempat dari targetnya berkaitan dengan tuuan perdagangan tunggal sejak proses pada 2007, namun diakui bahwa terdapat rintangan.
"Untuk membuka perekonomian kita, kita perlu menyadari bahwa banyak tantangan, karena tingkat perkembangan yang bervariasi (di antara anggota ASEAN)," kata dia pada jumpa pers setelah pertemuan.
"Walaupun begitu, kami telah berkomitmen untuk menaruh mereka di kepentingan jangka panjang kesejahteraan ekonomi wilayah," katanya.
ASEAN merupakan wilayah dengan keanekaragaman dan memiliki populasi 600 juta jiwa dengan kekayaan minyak di Brunei, bidang keuangan yang sehat di Singapura. Indonesia sebagai pasar negara berkembang, Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Thailand.
Kamboja, Laos dan Myanmar sebagai negara yang masih memiliki banyak kekurangan.
ASEAN ingin untuk mengimplementasikan pasar dan basis produksi yang menyatu sehingga dapat lebih bersaing dengan negara seperti China dan India dalam perdagangan dan investasi.
ASEAN menarik 7,6 persen investasi asing dunia pada 2011, naik dari 4,3 persen pada 2006, kata Direktur Utama Standard Chartered Asia Jaspal Bindra pada tulisannya di Bulletin Borneo, Kamis.
Bindra mengatakan ekonomi Asia Tenggara yang dinamis merupakan "cerita pertumbuhan hebat pada 2013".
"Prospek dari Asia Tenggara merupakan hal yang membuat iri ekonomi negara-negara Barat, dengan naiknya pendapatan dan pengeluaran, tenaga kerja yang melimpah dan Pertumbuhan Produk Domestic Bruto yang melampaui rata-rata global," tulisnya.
Namun, Menteri Perdagangan Filipina Gregory Domingo mengatakan di Brunei dimana banyak tantangan untuk ASEAN dalam membangun komunitas ekonmi telah membuka sektor pelayanan seperti perbankan, asuransi, telekomunikasi dan ritel.
Dia mengatakan, dalam perdagangan, pertanian merupakan salah satu yang tersulit untuk diliberalisasi.
"Jika sektor pertanian mereka besar, mereka akan melindungi itu karena banyak petani (yang dapat terpengaruh)," katanya.
ASEAN telah mememperluas hubungan ke luar regional. Pernyataan di luar akhir pertemuan itu mengungumkan pembicaraan mengenai perdagangan bebas 16 bangsa yang disebut Kerjasama Ekonomi Regional Komprehensif (RCEP) akan dimulai di Brunei bulan depan.
RCEP akan melibatkan negara anggota ASEAN dengan Australia, China, India, Jepang, Korea Selatan dan Selandia Baru, dimana kelompok tersebut memiliki pangsa pasar lebih dari tiga milyar orang dan menyumbang lebih dari sepertiga pengeluaran ekonomi global, demikian AFP.
(I029)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013