Surabaya (ANTARA) - Sejak sekitar tiga bulan lalu, pematang kebun dan sawah di sekitar jalan utama menuju Kampung Krembeng, Desa Pasrepan, Kabupaten Pasuruan, tampak mengering. Hanya ada beberapa tanaman berdaun hijau, salah satunya pohon pisang yang tak berbuah.

Warga sekitar menyebut bahwa kekeringan di daerah itu sudah turun temurun, bahkan dulunya mereka harus bersusah payah berjalan sejauh satu hingga dua kilometer untuk mencari air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Salah satunya ialah Hotimah, warga Kampung Krembeng yang telah tinggal selama 25 tahun, sejak dirinya menikah dengan Munip.

Hotimah mengaku, sebelum menikah dirinya merupakan warga Kecamatan Sibon yang tak jauh dari Kampung Krembeng.

Memang sejak zaman kakek dan neneknya daerah tersebut dikenal sudah mengalami kekeringan yang berlangsung hingga enam sampai tujuh bulan atau setengah tahun.

Kondisi itu membuat tanah menjadi kering, sebagian masyarakat yang menggantungkan hidupnya di dunia pertanian, tidak akan menanami sawahnya saat kekeringan melanda.

Mereka mencari penghasilan lain, seperti menjual kapuk yang memang banyak ditemui di daerah Pasrepan, hingga berjualan tahu.

Salah satu upaya yang dilakukan warga dibantu pemerintah desa untuk mengatasi dampak kekeringan tersebut adalah mengebor tanah. Namun hingga kedalaman 60 meter air belum keluar, hingga mereka menyebut air itu sebagai emas bagi warga kampung tersebut.


Distribusi air bersih

Menjelang malam, sejumlah perangkat kampung hingga desa menunggu kedatangan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bersama jajaran untuk menyalurkan bantuan air bersih 10 ribu liter dari pemperov kepada warga yang terdampak kekeringan di Desa Pasrepan.

Sejumlah penampungan air juga telah disiapkan agar "emas cair" itu dapat langsung turun di lokasi tersebut.

Sekitar pukul 19.00 WIB, rombongan dari Pemerintah Provinsi Jatim tiba di lokasi.

Secara simbolis Gubernur Jatim menyerahkan dua tangki air bersih setara 10.000 liter, satu tandon, lima terpal, 30 jeriken serta paket sembako bagi 390 jiwa (130 KK) warga yang terdampak kekeringan di Desa Pasrepan.

"Alhamdulillah, pemprov menyalurkan bantuan air bersih kepada warga di Desa Pasrepan. Harapannya, bantuan air bersih ini bisa didistribusikan merata, sehingga dapat meringankan beban warga yang sedang dilanda kekeringan," kata gubernur, di sela pendistribusian air bersih yang juga disaksikan ANTARA di lokasi.

Bantuan ini merupakan wujud respons cepat Pemprov Jatim dalam penanganan bencana kekeringan yang melanda beberapa wilayah.

Berdasarkan data BPBD Jatim, khusus untuk wilayah Kabupaten Pasuruan kekeringan terjadi di 21 desa yang tersebar di enam kecamatan, yaitu Kecamatan Lumbang, Winongan, Pasrepan, Lekok, Gempol, dan Kejayan. Ada 33.774 warga yang berada di enam kecamatan tersebut atau 11.053 KK.

Pemkab Pasuruan telah menetapkan status tanggap darurat kekeringan sejak tanggal 26 Juli 2023 dengan dua kali masa perpanjangan. Negara hadir dengan tanggap cepat ketika rakyat menghadapi masalah, khususnya untuk memenuhi kebutuhan dasar kehidupan warga.

Masa tanggap darurat, yaitu 26 Juli-8 Agustus 2023, 9-8 Agustus 2023, dan tanggal 23 Agustus-5 September 2023.

Pemprov Jatim bersama Pemerintah Kabupaten Pasuruan terus mengupayakan pendistribusian air bersih bisa merata untuk mengatasi dampak kekeringan.

Selama kurun waktu masa tanggap darurat kekeringan (39 hari), setiap harinya disalurkan air bersih sebanyak 41 rit untuk 21 desa. Per satu rit membawa 5.000 liter air bersih. Untuk jumlah rit secara keseluruhan, selama masa tanggap darurat mencapai 1.599 rit, dengan jumlah air yang disalurkan sekitar 7,9 juta liter.

Oleh karena itu, sejumlah warga di Kampung Krembeng berterima kasih kepada jajaran Pemprov Jatim dan Pemkab Pasuruan atas bantuan air bersih dan sejumlah dukungan lainnya.

Ketua Rukun Tetangga 38 Kampung Krembeng Pasrepan Munip dalam perbincangan dengan ANTARA mengatakan bantuan tersebut sangat terasa bagi warganya untuk kebutuhan sehari-hari, terutama untuk minum dan memasak.

Bantuan air bersih itu dulunya tidak sesering saat ini yang bisa datang sampai dua hari sekali. Entah dari Pemkab Pasuruan, Pemprov Jatim, Polres Pasuruan, atau bahkan dari pihak swasta.

Namun, Munip tak menyangkal jika saat musim hujan, tanah di wilayahnya memang subur. Pada kesempatan itulah warga mulai bercocok tanam, ada pari, jagung, ketela hingga kacang.

Saat panen, masyarakat akan menjual ke pasar dan sebagian ada juga yang disimpan untuk menghadapi musim kemarau yang berlangsung lama.


Upaya pemerintah desa

Kepala Desa Pasrepan Jodi Mulyono mengatakan sudah ada pembicaraan terkait langkah-langkah solutif untuk mengatasi dampak kekeringan di wilayahnya. Salah satunya ialah pengadaan pipanisasi air bersih (PPAB) melalui anggaran desa.

Pihaknya menganggarkan senilai Rp100 juta pada tahun anggaran 2023 ini, namun pengerjaannya baru bisa dikerjakan pada 2024. Ini berarti, selain ada solusi sesaat, desa itu sudah menemukan solusi jangka panjang untuk mengatasi kekurangan air.

Selain pipanisasi, ada juga upaya pengeboran serta pembuatan embung atau cekungan penampung yang digunakan untuk mengatur dan menampung suplai aliran air hujan serta untuk meningkatkan kualitas air.

Menghadapi perubahan iklim, yang tahun ini kita dihadapkan pada El Nino (menyebabkan kekeringan berkepanjangan), memang membutuhkan kreativitas semua pemangku kepentingan, termasuk kepedulian yang telah ditunjukkan oleh negara dengan hadirnya bantuan dari Pemprov Jatim, Pemkab Pasuruan, termasuk dari TNI dan Polri.

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023