Tiga indeks utama Wall Street lebih rendah pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB).
New York (ANTARA) - Tiga indeks utama Wall Street lebih rendah pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), dengan Dow memimpin penurunan karena imbal hasil (yield) obligasi pemerintah meningkat seiring dengan harga minyak dan investor menilai prospek jalur suku bunga Federal Reserve.
Indeks Dow Jones Industrial Average berkurang 195,74 poin atau 0,56 persen, menjadi menetap di 34.641,97 poin. Indeks S&P 500 kehilangan 18,94 poin atau 0,42 persen, menjadi berakhir di 4.496,83 poin. Indeks Komposit Nasdaq jatuh 10,86 poin atau 0,08 persen, menjadi ditutup pada 14.020,95 poin.
Di antara 11 sektor utama S&P, energi merupakan sektor yang memperoleh keuntungan terbesar, ditutup naik 0,5 persen setelah mencapai level tertinggi dalam tujuh bulan. Arab Saudi dan Rusia sebelumnya mengumumkan perpanjangan baru pengurangan pasokan sukarela mereka.
Sektor material dan industri yang sensitif secara ekonomi melemah sepanjang sesi dengan penurunan masing-masing sebesar 1,8 persen dan 1,7 persen. Perusahaan utilitas yang sensitif terhadap suku bunga kehilangan 1,5 persen dan menjadi sektor S&P terlemah ketiga hari ini.
Meskipun ketiga indeks saham utama AS telah mencatat kenaikan pada minggu sebelumnya di tengah harapan bagi The Fed yang tidak terlalu hawkish, sentimen tersebut telah memudar pada Selasa (5/9).
Imbal hasil obligasi pemerintah AS naik setelah data ekonomi menunjukkan ketahanan dan Gubernur Fed Christopher Waller mengatakan hal ini menunjukkan bahwa bank sentral tidak perlu mengubah suku bunga dalam waktu dekat.
“Salah satu alasan mengapa saham kesulitan untuk mencapai kemajuan adalah karena suku bunga terus meningkat dan memberikan alternatif yang baik terhadap saham-saham,” kata Paul Nolte, ahli strategi pasar, Murphy & Sylvest Wealth Management, Elmhurst, Illinois.
Dengan menguatnya harga minyak mentah AS pada Selasa (5/9), Nolte juga menyebutkan penguatan harga minyak baru-baru ini sebagai penghambat upaya The Fed untuk mendorong inflasi kembali ke 2,0 persen.
"Semua orang mengharapkan The Fed untuk mundur atau mulai menurunkan suku bunganya. Itu mungkin tidak terjadi," katanya.
Spekulasi para pedagang bahwa Fed akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada pertemuan kebijakan September mencapai 93 persen, sementara mereka memperkirakan peluang sekitar 54 persen untuk jeda pada November, alat FedWatch dari CME Group menunjukkan.
Seiring dengan volume perdagangan yang relatif ringan sehari setelah libur Hari Buruh pada Senin (4/5), Sam Stovall, kepala strategi investasi di CFRA Research, juga mencatat bahwa The Fed harus melihat data yang akan datang seperti pembacaan inflasi Agustus sebelum membuat keputusan suku bunga akhir bulan ini.
“Pasar tidak yakin ke arah mana mereka ingin berbalik,” katanya lagi.
Indeks Dow Jones Transport berakhir turun 2,2 persen, terbebani oleh penurunan saham maskapai penerbangan karena kenaikan harga minyak menyiratkan kenaikan biaya bahan bakar. Indeks maskapai penerbangan S&P 1500 berakhir turun 2,4 persen.
United Airlines ditutup turun 2,5 persen setelah jatuh sebanyak 4,7 persen pada hari sebelumnya karena masalah teknologi informasi seluruh sistem yang memaksa pesawat berhenti di darat selama satu jam.
Aktivitas jasa-jasa China berkembang pada laju paling lambat dalam delapan bulan pada Agustus, sebuah survei sektor swasta menunjukkan sebelumnya.
Data pada Selasa (5/9) menunjukkan pesanan barang-barang pabrik AS turun 2,1 persen pada Juli, mengakhiri kenaikan empat bulan berturut-turut.
Sisi baiknya, Goldman Sachs menurunkan estimasi kemungkinan resesi AS dalam 12 bulan ke depan menjadi 15 persen dari 20 persen.
Di bursa AS, 9,54 miliar saham berpindah tangan dibandingkan dengan rata-rata pergerakan 10,26 miliar dalam 20 sesi terakhir.
Baca juga: Wall Street berakhir beragam ketika data inflasi dukung optimisme
Baca juga: Wall St ditutup beragam ketika data pekerjaan picu ekspektasi jeda Fed
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023