Ambon (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Maluku telah melepasliarkan 30 satwa liar yang dilindungi ke Suaka Alam Gunung Sahuwai di Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku.

Menurut siaran pers Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, satwa liar yang dilepas di Suaka Alam Gunung Sahuwai pada Minggu (3/9) meliputi enam kakatua maluku (Cacatua moluccensis), 19 nuri maluku (Eos bornea), dan lima kura-kura ambon (Cuora amboinensis).

Polisi Hutan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Maluku Seto di Ambon, Selasa, mengatakan bahwa sebagian dari satwa tersebut diamankan dalam operasi yang dilaksanakan oleh polisi di Pelabuhan Laut Yos Sudarso Ambon dan sebagian lagi satwa liar yang diterima dari BKSDA Jakarta dalam proses translokasi.

Sebelum dilepas ke habitat aslinya, satwa-satwa tersebut menjalani proses karantina dan rehabilitasi selama satu sampai lima bulan di kandang Pusat Konservasi Satwa (PKS) Kepulauan Maluku di Kota Ambon.

Satwa-satwa yang dilepas di Suaka Alam Gunung Sahuwai juga sudah menjalani pemeriksaan kesehatan dan kondisinya dipastikan sehat, bebas dari infeksi virus penyebab penyakit.

Seto berharap warga yang tinggal di dekat suaka alam, di Desa Waesala, Kecamatan Huamual Belakang, Kabupaten Seram Bagian Barat, mendukung upaya pelindungan kawasan konservasi dan satwa liar.

Kepala BKSDA Maluku Danny H. Pattipeilohy mengatakan bahwa satwa-satwa liar yang dilepas di Suaka Alam Gunung Sahuwai akan dipantau selama tiga hari untuk memastikan mereka bisa bertahan hidup di habitat yang baru.

Danny berharap satwa-satwa liar yang dilepasliarkan bisa beradaptasi dengan cepat dan berkembang biak di lingkungan barunya di Suaka Alam Gunung Sahuwai, kawasan konservasi yang hutannya masih luas dan sumber pakan satwanya melimpah.

"Sehingga akan berdampak pada peningkatan populasi dan keragaman jenis satwa yang ada di kawasan hutan ini," kata dia.

Kakatua maluku, nuri maluku, dan kura-kura ambon merupakan satwa endemik Kepulauan Maluku yang dilindungi oleh undang-undang.

Menurut ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, siapa saja yang sengaja menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup menghadapi ancaman pidana penjara paling lama lima tahun dan denda paling banyak Rp100 juta.

Baca juga:
BKSDA Maluku amankan 12 burung nuri maluku di Pasar Lama Ambon
BKSDA Maluku terima 14 satwa liar endemik dari BKSDA Jakarata

Pewarta: Winda Herman
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2023