"Produksi sandal hotel atau slipper merupakan bagian dari program pembinaan kemandirian produktif yang terus ditingkatkan sebagai upaya mendorong kemandirian warga binaan. Sedikitnya 5.000 pasang sandal bisa diproduksi setiap bulan,"
Bukittinggi,- (ANTARA) - Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Bukittinggi Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia, Sumbar memproduksi ribuan sandal yang mampu dipasarkan di hotel dan penginapan di daerah setempat setiap bulannya.
"Produksi sandal hotel atau slipper merupakan bagian dari program pembinaan kemandirian produktif yang terus ditingkatkan sebagai upaya mendorong kemandirian warga binaan. Sedikitnya 5.000 pasang sandal bisa diproduksi setiap bulan," kata Kepala Lapas Bukittinggi Marten di Bukittinggi, Selasa.
Ia menyebutkan sandal ini dikerjakan oleh belasan warga binaan terpilih setiap harinya dengan dibantu petugas Lapas.
"Setiap harinya produksi sandal hotel melibatkan 12 orang warga binaan yang dibagi sesuai tugas, mulai dari memotong bahan, menjahit, press menggunakan mesin, mencetak motif dan sablon, pengeleman hingga penghalusan hasil gunting bahan sandal sebanyak dua kali," katanya.
Menurutnya sandal hotel hasil karya Warga Binaan Pemasyarakatan ini tak kalah dengan produk yang beredar di pasaran.
"Sandal hotel produksi Warga Binaan Pemasyarakatan Lapas Bukittinggi sangat diterima di pasar. Kami mendorong bengkel kerja Lapas Bukittinggi untuk meningkatkan jumlah produksi," ujarnya.
Kegiatan produksi sandal ini dilakukan setiap hari mulai pukul 09.00 WIB hingga 15.00 WIB di bengkel kerja Lapas Kelas IIA Bukittinggi di Biaro.
"Untuk hari ini, sandal hotel Lapas Bukittinggi sudah dikirimkan ke Hotel Novotel Bukittinggi sebanyak 1.000 pasang," katanya.
Ia menyebutkan saat ini jumlah hotel yang sudah bekerja sama dengan Lapas Bukittinggi sebanyak empat hotel yang tersebar di Sumatera Barat.
Dari produksi lima ribu pasang sandal dalam sebulan, Lapas dapat meraup pendapatan mencapai Rp14 juta.
"Dari pendapatan tersebut, sebanyak 50 persen diberikan untuk warga binaan yang bekerja, sisanya untuk biaya operasional dan bahan," katanya.
Pewarta: Altas Maulana
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2023