“Polusi itu berdebu akan membuat iritasi ke mata,” kata dr. Madhita saat ditemui dalam acara bincang-bincang di kawasan Jakarta, Senin.
Menurut dokter yang terhimpun dalam Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ini, aktivitas di luar saat polusi udara sedang berada di indeks tertinggi memang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, sebaiknya gunakan pelindung atau alat proteksi mata untuk menghindari dampak yang dapat ditimbulkan terhadap kesehatan mata.
“Lebih pakai proteksi, kacamata, itu akan mengurangi,” kata Madhita yang juga praktik di Siloam Hospitals Lippo Village dan Kasoem Hearing Center & Speech Center Ctec itu.
Baca juga: Tips jaga mata sehat terhindar dari "computer vision syndrome"
Selain itu, polusi udara juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan telinga. Secara umum, telinga dibagi menjadi tiga bagian, yakni telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam serta memiliki kaitan terhadap beberapa masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh polusi udara maupun faktor lainnya.
“Kalau untuk polusi, biasanya ada hubungan sama alergi, kemudian kalau batuk atau pilek hubungannya ke telinga tengah,” kata dokter lulusan dari Universitas Trisakti tersebut.
Adapun polusi udara dapat menyebabkan gangguan pada saluran pernapasan, salah satunya adalah pilek alergi atau rhinitis alergi pada sebagian orang. Pilek alergi atau rhinitis alergi sendiri berbeda dengan pilek karena infeksi.
Rhinitis alergi adalah peradangan pada bagian dalam hidung yang disebabkan oleh alergen, yaitu zat pemicu alergi, seperti debu dan partikel polusi. Lain halnya dengan pilek infeksi, yakni pilek yang disebabkan oleh virus dan bakteri.
Saat terpapar alergen yang berasal dari polusi udara, sistem kekebalan tubuh bereaksi karena menganggap alergen tersebut sebagai benda berbahaya. Hal tersebut menyebabkan tubuh memproduksi sejumlah zat kimia yang membuat selaput lendir hidung membengkak dan produksi lendir di hidung meningkat.
Meski berbeda, rhinitis alergi memiliki beberapa gejala yang mirip dengan pilek infeksi, yaitu bersin, hidung berair, gatal, dan tersumbat. Gejala-gejala tersebut biasanya muncul tidak lama setelah terpapar alergen.
Jika semakin parah, kondisi tersebut dapat memicu peradangan pada telinga tengah. Seperti diketahui, telinga dan hidung terhubung dengan saluran yang dinamakan saluran eustachius.
Ketika saluran tersebut tersumbat, hal tersebut dapat mengakibatkan pembengkakan dan membuat telinga lebih mudah terkena infeksi atau peradangan serta mengakibatkan gangguan pendengaran. Meski alergi pada telinga tidak selalu dipicu oleh polusi udara, Madhita mengingatkan untuk melakukan pemeriksaan saat telinga mulai mengalami gangguan agar dapat ditangani dengan tepat.
“Jadi, pendengaran itu kita (juga) harus periksa dengan tepat. Setelah mendapatkan pemeriksaan yang tepat, baru ada diagnosanya,” kata Madhita.
Biasanya, alergi yang disebabkan oleh polusi udara dapat mereda dengan mengonsumsi obat resep untuk alergi. Selain itu, ia juga menyarankan untuk menjaga kebersihan telinga, terutama setelah menjalani aktivitas di luar ruangan agar telinga terhindar dari risiko alergi maupun gangguan kesehatan telinga lainnya.
Baca juga: Tips jaga mata sehat terhindar dari "computer vision syndrome"
Selain itu, polusi udara juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan telinga. Secara umum, telinga dibagi menjadi tiga bagian, yakni telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam serta memiliki kaitan terhadap beberapa masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh polusi udara maupun faktor lainnya.
“Kalau untuk polusi, biasanya ada hubungan sama alergi, kemudian kalau batuk atau pilek hubungannya ke telinga tengah,” kata dokter lulusan dari Universitas Trisakti tersebut.
Adapun polusi udara dapat menyebabkan gangguan pada saluran pernapasan, salah satunya adalah pilek alergi atau rhinitis alergi pada sebagian orang. Pilek alergi atau rhinitis alergi sendiri berbeda dengan pilek karena infeksi.
Rhinitis alergi adalah peradangan pada bagian dalam hidung yang disebabkan oleh alergen, yaitu zat pemicu alergi, seperti debu dan partikel polusi. Lain halnya dengan pilek infeksi, yakni pilek yang disebabkan oleh virus dan bakteri.
Saat terpapar alergen yang berasal dari polusi udara, sistem kekebalan tubuh bereaksi karena menganggap alergen tersebut sebagai benda berbahaya. Hal tersebut menyebabkan tubuh memproduksi sejumlah zat kimia yang membuat selaput lendir hidung membengkak dan produksi lendir di hidung meningkat.
Meski berbeda, rhinitis alergi memiliki beberapa gejala yang mirip dengan pilek infeksi, yaitu bersin, hidung berair, gatal, dan tersumbat. Gejala-gejala tersebut biasanya muncul tidak lama setelah terpapar alergen.
Jika semakin parah, kondisi tersebut dapat memicu peradangan pada telinga tengah. Seperti diketahui, telinga dan hidung terhubung dengan saluran yang dinamakan saluran eustachius.
Ketika saluran tersebut tersumbat, hal tersebut dapat mengakibatkan pembengkakan dan membuat telinga lebih mudah terkena infeksi atau peradangan serta mengakibatkan gangguan pendengaran. Meski alergi pada telinga tidak selalu dipicu oleh polusi udara, Madhita mengingatkan untuk melakukan pemeriksaan saat telinga mulai mengalami gangguan agar dapat ditangani dengan tepat.
“Jadi, pendengaran itu kita (juga) harus periksa dengan tepat. Setelah mendapatkan pemeriksaan yang tepat, baru ada diagnosanya,” kata Madhita.
Biasanya, alergi yang disebabkan oleh polusi udara dapat mereda dengan mengonsumsi obat resep untuk alergi. Selain itu, ia juga menyarankan untuk menjaga kebersihan telinga, terutama setelah menjalani aktivitas di luar ruangan agar telinga terhindar dari risiko alergi maupun gangguan kesehatan telinga lainnya.
Baca juga: Kasoem Group resmi luncurkan aplikasi Kasoem Plus
Baca juga: RS Premier Jatinegara buka layanan untuk perawatan mata komprehensif
Baca juga: Menatap layar terlalu lama sebabkan mata kering, ini penjelasan dokter
Pewarta: Vinny Shoffa Salma
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023