Kalau harga BBM bersubsidi mobil pribadi naik, itu kan untuk menghemat subsidi, nanti dana penghematan subsidinya bisa disalurkan bagi pembangunan infrastruktur, otomatis mendorong perekonomian,"
Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi XI DPR RI Mohammad Hatta menilai rencana pemerintah menghemat subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dapat mendorong pertumbuhan perekonomian nasional, apabila dana penghematannya disalurkan bagi pembangunan infrastruktur.
"Kalau harga BBM bersubsidi mobil pribadi naik, itu kan untuk menghemat subsidi, nanti dana penghematan subsidinya bisa disalurkan bagi pembangunan infrastruktur, otomatis mendorong perekonomian," kata Mohamad Hatta saat dihubungi dari Jakarta, Rabu.
Politisi Partai Amanat Nasional itu mengatakan kebijakan dua harga BBM bersubsidi juga akan berdampak kecil bagi penambahan inflasi, sebab BBM hanya salah satu faktor kecil pendorong inflasi.
"BBM itu hanya sebagian kecil faktor pendorong inflasi, dan masih banyak faktor lainnya. Jadi saya pikir kebijakan BBM hanya sedikit sekali dampaknya terhadap inflasi. Lagi pula kalau bicara daya beli, sebenarnya masyarakat kita mampu bayar BBM Rp9.000 sekalipun," kata dia.
Dia mengatakan yang harus dilakukan pemerintah adalah memberikan kepastian kapan dan berapa kenaikan harga tersebut dipatok, serta memastikan ketersediaan pasokan BBM sesuai permintaan.
"Kepastian harga dan waktu implementasi itu penting untuk mencegah spekulasi yang bisa berdampak negatif. Di sisi lain kalau harga sudah naik pemerintah harus memastikan ketersediaan kuota BBM, agar tidak terjadi antrean BBM di daerah yang dapat menyebabkan kenaikan harga barang," ujar dia.
Sebelumnya, Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan adanya kepastian terkait kebijakan bahan bakar minyak bersubsidi dapat memberikan dampak kepada kualitas pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
"Kalau ada kebijakan, malah positif buat pertumbuhan, karena itu bagus pengaruhnya ke makro," katanya.
Bambang mengharapkan kondisi perekonomian global mulai membaik pada semester II, agar target pertumbuhan yang diperkirakan tahun ini mencapai 6,3--6,5 persen dapat tercapai.
"Kita mengandalkan semester II. Kita berharap ada perbaikan di global, terserah mau (perbaikan harga) komoditas atau apa," katanya.
Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2013 berada pada kisaran 6,2--6,6 persen, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya 6,3--6,8 persen.
"Secara ringkas, adanya prediksi tersebut selain karena masih melambatnya pemulihan ekonomi global, di dalam negeri
sendiri investasi bangunan tetap tumbuh kuat, namun investasi nonbangunan cenderung melambat," kata Gubernur BI Darmin Nasution.
Dia mengatakan, permintaan domestik masih tumbuh cukup tinggi pada tahun ini, meski terjadi moderasi, ditengah perbaikan pertumbuhan dari sisi eksternal.
"Di sisi lain, volume ekspor mengalami peningkatan sejalan dengan perbaikan ekonomi di beberapa negara mitra dagang utama, khususnya China," ujarnya.
Sementara, Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini hanya mencapai 6,2 persen, sedangkan Bank Pembangunan Asia (ADB) memberikan proyeksi 6,4 persen.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013