Jakarta (ANTARA News) - Pengamat intelijen, Wawan H. Purwanto, menengarai bahwa penimbunan senjata di rumah Wakil Asisten Logistik Kepala Staf TNI-AD (Waaslog Kasad) Brigjen TNI Koesmayadi (kini almarhum) kemungkinan untuk operasi tertutup mirip kasus Iran-Contra, dan bukan untuk bisnis senjata ilegal."Perlu diselidiki apakah operasi tertutup itu untuk kepentingan nasional atau untuk kepentingan kelompok di tubuh militer yang memiliki rantai jaringan ke atas dengan elit politik nasional," katanya kepada ANTARA News, di Jakarta, Jumat, mengomentari ditemukannya 145 pucuk senjata di kediaman Koesmayadi.Brigjen TNI Koesmayadi meninggal dunia pada Minggu (26/6) lantaran serangan jantung di kediamanannya di Kompleks Raflesia, Cibubur, Jakarta Timur. Sedangkan, pihak TNI Angkatan Darat menemukan senjatanya di kediaman yang lain di Jalan Pangandaran, Ancol, Jakarta Utara, Senin (27/6).Menurut Wawan, bisa saja operasi tertutup itu untuk kepentingan nasional, semacam dalam kasus Iran-Contra yang pernah terjadi di Amerika Serikat (AS)."Dalam operasi tertutup yang tahu untuk apa dan misi apa senjata itu adalah user atau penggunanya," tutur Wawan.Dalam kasus Iran-Contra, menurut dia, pemberian senjata untuk kelompok pemberontak anti-komunis di Nicaragua hanya diketahui oleh seorang berpangkat Letnan Kolonel (Letkol), Oliver North, yang langsung bertanggungjawab dan berhubungan dengan Presiden AS saat itu, Ronald Reagan.Kasus Iran-Contra merupakan salah satu skandal politik terbesar di AS pada 1980-an. Kasus tersebut akhirnya terbongkar melibatkan sejumlah pembantu dekat Presiden Reagan yang tahun 1986 menjual senjata ke Iran, yang dianggap musuh AS, dan menggunakan dana penjualan itu untuk membiayai gerilyawan anti-komunis di Nicaragua.Ketika operasi tertutup penjualan senjata itu terbongkar tahun 1986, Presiden Reagan muncul di televisi nasional membantah fakta tersebut. Namun, sepekan kemudian, pada 13 Nopember 1986, Reagan kembali muncul di televisi untuk mengkonfirmasi bahwa senjata telah dikirim ke Iran.Reagan membantah bahwa penjualan senjata itu merupakan bagian dari upaya pembebasan sandera di Kedubes AS di Teheran.Dalam kaitan itulah, Wawan mengemukakan, kemungkinan besar operasi tertutup berkaitan dengan penimbunan senjata di kediaman Brigjen TNI Koesmayadi bukan untuk kudeta."Kalau untuk kudeta, mana mungkin ditimbun di rumah dinas. Gampang melacaknya. Feeling saya, ini untuk operasi tertutup. Tapi, operasi apa, ini yang harus dijelaskan Kasad atau Panglima TNI kepada publik," katanya.Wawan juga meniadakan kemungkinan penimbunan itu dikaitkan dengan bisnis senjata ilegal. Ia pun mengakui, mendengar adanya gurauan yang hangat bahwa bisa saja ada seseorang membawa senjata M-16 ke daerah konflik, lalu pulang membawa 16-M, atau Rp16 miliar. "Itu hanya lelucon. Kalau untuk bisnis senjata ilegal, juga tak masuk akal. Bisnis senjata ilegal biasanya langsung dikirim ke pembeli, bukan ditimbun lama-lama, sehingga senjata itu terancam rusak atau berkarat," katanya.Apalagi, menurut dia, jika penimbunan itu berdalih untuk koleksi, meskipun Brigjen TNI Koesmayadi semasa hidupnya dikenal sebagai kolektor senjata."Kalau untuk dikoleksi biasanya senjata-senjata antik dan kuno. Yang ditemukan di rumahnya kan senjata-senjata baru dan modern. Jelas bukan untuk koleksi," katanya.Sebagai contoh, mantan Panglima Angkatan Bersenjata RI (ABRI) Jenderal Benny Moerdani (almarhum) juga dikenal mengoleksi senjata. "Tapi, telah diserahkan ke taruna-taruna AMN," katanya. AMN adalah Akademi Militer Nasional.Wawan menilai, kasus ini adalah kasus senjata tanpa alur. Untuk itu perlu diselidiki alurnya. Siapa pemesannya, bagaimana pengirimannya, dan transaksinya apakah legal atau ilegal, sehingga bisa dijawab untuk apa sebenarnya senjata-senjata itu."Tapi, dalam kasus senjata tanpa alur ini, sering terjadi saksi kunci mati. Jadi, sulit terungkap. Kasusnya bisa batal demi hukum," katanya.Oleh karena itu, Wawan menyambut baik perintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengusut kasus tersebut sampai tuntas. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006