Jakarta (ANTARA) - Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo menekankan sinergi antar-elemen dalam menangani kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Kalimantan Barat.

Hal itu disampaikan Sigit dalam dialog interaktif bersama TNI, Polri, Pemda, BPBD, BMKG, Basarnas, dan relawan di Kalbar, Sabtu.

Dalam dialog ini, Kapolri mendengarkan langsung laporan dari berbagai pihak soal karhutla yang terjadi di beberapa wilayah Kalimantan Barat.

Kapolri bertanya perlu waktu berapa lama untuk memadamkan titik api karhutla, baik dalam skala besar maupun menengah. Dari penjelasan yang ada, proses pemadaman tergantung dengan jarak dari lokasi titik api.

Selain itu, mantan Kabareskrim Polri ini mendapatkan informasi bahwa rata-rata lahan perkebunan atau lahan bebas yang dekat dengan titik api dikelola masyarakat atau perorangan.

Mengenai laporan tersebut, Kapolri menyampaikan bahwa sumber air adalah hal yang utama dalam menghadapi karhutla.

Dalam situasi yang mendekati El Nino, Sigit meminta jajaran TNI, Polri, pemda, BPBD, Basarnas, BMKG, dan relawan memastikan ketersediaan sumber air.

"Disampaikan ada pembuatan embung saya kira bagus karena memang tidak bisa berbuat apa-apa tanpa adanya sumber air," katanya.

Kerja sama antar-pemangku kepentingan selama ini tetap harus dipertahankan sebab dalam penanganan karhutla diperlukan soliditas dan sinergi yang baik.

"Mudah-mudahan kita lampaui situasi yang ada dan wilayah rekan-rekan bisa teratasi karena hotspot bisa dikendalikan dengan kerja sama dan dari kesiapan sumber air yang ada. Tentunya bantuan dari pusat apabila ada titik-titik untuk dimodifikasi cuaca bisa dilakukan agar segera ada hujan karena memang itu tentunya air cepat bisa kembali menggenang dan sumber air cukup," ujarnya.

Kapolri juga meminta semua pihak di wilayah Kubu Raya jika terjadi karhutla segera ditindaklanjuti karena daerah tersebut dekat dengan bandara. Hal ini dilakukan agar tidak mengganggu penerbangan.

Untuk itu, mantan Kapolda Banten ini juga meminta semua pihak mengutamakan pencegahan karhutla.

Meski sudah terjadi kebakaran, ia meminta semua peralatan atau sarana prasarana dipersiapkan dengan baik.

"Apabila tidak bisa diatasi oleh wilayah, apakah dengan gunakan dana hibah CSR (untuk peralatan) atau bisa dilaporkan ke pusat sehingga kita bisa buat perencanaan yang baik," tambah Sigit.

Selain itu, semua pihak juga diminta melakukan evaluasi terkait karhutla yang memang menjadi momok dari tahun ke tahun. Hal ini diperlukan agar jika nantinya menghadapi El Nino, semuanya selalu siap mengantisipasi agar tidak terjadi karhutla.

"Saat ini sedang dilakukan penelitian, saya kira memang dari tahun ke tahun kita harus terus melakukan evaluasi karhutla. Jangan lagi menjadi momok sehingga itu semua bisa kita lakukan. Apabila kita lakukan evaluasi dan perencanaan dan terus kita lakukan perbaikan-perbaikan sehingga apakah itu El Nino ataupun lainnya kita semua selalu siap," ucapnya.

Terkait pencegahan, Sigit meminta semua pihak melakukan sosialisasi kepada masyarakat, baik secara langsung maupun melalui media sosial dengan mengedepankan tiga pilar kamtibmas, yakni Bhabinkamtibmas, Babinsa dan kepala desa.

"Kapolda juga menerbitkan maklumat tentang larangan pembakaran hutan dan lahan," tambahnya.

Sigit menuturkan langkah preventif yang bisa dilakukan adalah dengan mendirikan posko terpadu yang dekat dengan titik rawan karhutla. Selain itu, melaksanakan apel gelar pasukan dan peralatan penanganan karhutla.

"Semua stakeholder rutin melakukan patroli, baik di darat maupun udara," imbuhnya.

Langkah lainnya adalah dengan membuat embung atau kanal yang dekat dengan titik rawan karhutla. Pemadaman api secara konvensional maupun water boombing juga bisa dilakukan.

"Manfaatkan teknologi modifikasi cuara untuk penanganan karhutla," ujarnya.

Pewarta: Narda Margaretha Sinambela
Editor: Didik Kusbiantoro
Copyright © ANTARA 2023