Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan pemerintah berencana mengganti pesawat kepresidenan yang usianya sudah cukup tua untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. "Memang kita merencanakan untuk mengganti. Pesawat itu umurnya sudah 30 tahun. Jadi kita memang harus mengganti," katanya di Kantor Wapres Jakarta, Jumat. Menurut Jusuf Kalla, penggantian pesawat kepresidenan bukanlah untuk kepentingan bermewah-mewah, namun untuk keamanan semua pihak. "Kalau saya naik begitu, saya dan beberapa menteri kan bisa masalah, apalagi kalau Presiden. Kita menghemat itu kadang-kadang memang keterlaluan," katanya. Sehari sebelumnya, Jusuf Kalla terpaksa kembali ke Jakarta dari Medan dengan pesawat komersial milik Batavia Air jenis B-737/200 karena kaca depan (kokpit) pesawat kepresidenan jenis F-28 milik TNI AU retak. "Karena ada lubang kecil, jadi harus ganti pesawat," katanya di Lapangan Udara TNI AU Polonia Medan, Kamis, seusai meletakkan batu pertama pembangunan Bandar Udara Kuala Namu untuk menggantikan Bandara Polonia. Sambil menjelaskan Wapres dengan kedua tangannya menggambarkan kondisi retak kaca pesawat itu dengan membuat gerakan yang memperlihatkan sebuah garis panjang. Namun, belum diketahui berapa panjang retak kaca kokpit pesawat F-28 tersebut. Laporan yang diterima menyebutkan retak terjadi ketika dalam perjalanan dari Jakarta menuju Medan saat memasuki wilayah udara Medan. Menurut Wapres, ia memutuskan untuk kembali dengan menggunakan pesawat komersial. Namun, untuk itu, tidak semua anggota rombongan bisa ikut kembali ke Jakarta. Ketika ditanya apakah perlu pesawat khusus kepresidenan, dengan tertawa dan tersenyum, Wapres menegaskan "Perlu pesawat baru bagi Presiden dan Wapres". Pesawat Batavia Air jenis B 737/200 dengan nomor register PK-YTM yang hendak membawa Wapres dijadwalkan berangkat pukul 16.30 WIB. Padahal, data Departemen Perhubungan menyebutkan dari total populasi pesawat jenis B 737/200 sebanyak 72-75 pesawat di Indonesia, setelah diadakan pemeriksaan secara serius beberapa waktu lalu, sekitar 25 pesawat sistem hidroliknya sering bermasalah. Menhub Hatta Rajasa pun telah melarang impor pesawat B737/200 itu. Sedang Batavia Air adalah salah satu maskapai yang juga pengguna B737/200 cukup banyak. "Saya mendorong agar maskapai menghindari jenis pesawat tua ini, karena selain sering bermasalah, performansinya kurang bagus. Sering batuk-batuk, biasa kan sudah tua," kata Hatta. (*)
Copyright © ANTARA 2006