Manchester, Inggris (ANTARA News) - Tak kenal belas kasih, ganas, bernafsu memecahkan rekor adalah beberapa dari predikat Manchester United sekarang yang baru saja sukses menjuarai Liga Premier musim kompetisi 2012-13.


Dominasi United dalam perburuan gelar musim ini memang luar biasa. 25 kemenangan yang United bukukan dari 30 laga pertama mereka telah memecahkan rekor Liga Premier dan upaya mereka melewati rekor 95 poin yang diciptakan Chelsea musim 2004-05 sudah di depan mata.


Skuad United ini mencetak rata-rata 2,29 gol per pertandingan yang membuat mereka lebih produktif dibandingkan 11 dari 12 titel juara sebelumnya di bawah asuhan Alex Ferguson, dengan kekecualian skuad untuk musim 1999-2000 (2,55 gol per laga).


Namun ada sejumlah wasangka mengenai prestasi lebih United ini. Performa luar biasa mereka ditandai oleh kemenangan-kemenangan ganjil karena banyak mencetak gol pada momen-momen akhir pertandingan, bukan karena kualitas mereka benar-benar di atas klub-klub yang menjadi lawannya.


Bahkan, sejak 2006 United tak pernah lagi menciptakan lima gol atau lebih ke gawang lawan. Lalu manajer Manchester City Roberto Mancini mengklaim, menyusul kemenangan 2-1 timnya di Old Trafford beberapa waktu lalu, bahwa perbedaan 12 poin antara kedua klub tak secara akurat mencerminkan perimbangan kekuatan yang sebenarnya.


Intinya keunggulan United lebih pada determinasi, bukan kualitasnya, namun bek kiri United Patrice Evra menilai banyak yang iri pada klubnya sehingga ketangguhan mereka dianggap biasa saja.


"Yang lucu adalah karena ini adalah Manchester United, sehingga orang enggan menghargai banyak kami," kata dia. "Karena ini Manchester United, mereka hanya berkata ah karena kami selamat saja. Kami tidak diselamatkan. Ini karakter. Ini personalitas. Ini alasan mengapa kami di sini."


United memang sukses menaklukan lawan-lawannya, namun begitu banyak kemenangan itu diraih dengan harus sport jantung dulu karena banyak ditentukan di menit-menit terakhir.


Misalnya pada laga laga sebelum Natal, mereka sepertinya pantang menyerah, menang dari Chelsea dan City berkat gol-gol di menit akhir, mengandalkan dua gol penyusul saat berbalik menang 3-2 dari Aston Villa, dan menyingkirkan Newcastle United 4-3 berkat gol menit-menit terakhir dari Javier Hernandez dalam pertemuan mendebarkan di Old Trafford 26 Desember tahun lalu.


Menurut Ferguson, lapar kemenangan dari timnya adalah respons akibat pengalaman traumatis hari terakhir musim lalu ketika United direnggut potensi gelar juaranya oleh gol menit-menit akhir Sergio Aguero kala City mengalahkan Queens Park Rangers.


"Kami punya tugas besar yang mesti dikerjakan. Cara kami kehilangan gelar (musim lalu), dan faktanya itu City, memberi kami insentif," kata manajer United ini.


"Anda mesti memuji fokus yang kami tunjukkan di musim ini. Kami tahan banting dan konsistensinya bagus. Seperti semua tim sebelumnya, mereka tak pernah menyerah. Itu fakta.


"Ini adalah sejarah klub yang lebih dari apa pun. Sekali berada di sini dua atau tiga tahun, para pemain larut di dalamnya. Adalah kualitas yang membuat mereka berada di tempat mereka ada sekarang." kata Ferguson seperti dikutip AFP.


Keberhasilan United dibangun di atas keinginan bersama untuk menang, bukan kecemerlangan individual, kendati 24 gol Robin van Persie pada debut musimnya menjadi faktor krusial.


David de Gea, Rafael da Silva, Danny Welbeck dan khususnya Michael Carrick, juga mengesankan, sedangkan masa depan Wayne Rooney menjadi fokus spekulasi sejak tidak dimainkan sebagai starter ketika MU kalah mengenaskan dari Real Madrid di Liga Champions.


Kendati begitu masih ada skuad muda seperti Hernandez, De Gea, Rafael, Phil Jones, Chris Smalling, Alexander Buttner, Tom Cleverley, Shinji Kagawa, Nick Powell dan Welbeck yang semuanya masih di bawah 25 tahun.


Ferguson juga bisa menatap kedatangan gelandang muda Inggris Wilfried Zaha yang bergabung dengan United dalam kontrak senilai 15 juta pounsterling (Rp229,8 miliar) Januari lalu.


Ferguson berusaha menghindari kesalahan yang dibuat City tahun lalu yang gagal menguatkan skuadnya pada akhir jendela transfer.


Yang pasti dilakukan Ferguson adalah sedikit meluangkan waktu menoleh ke belakang demi mempersiapkan

yang sekarang. Yang juga tak bisa dibantah, dia tengah siaga mempersiapkan serangan United untuk gelar juara liga ke-21 mereka musim depan, demikian AFP.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013