Inflasi Juli di zona tersebut tercatat di angka 5,5 persen.
Harga makanan, alkohol, dan tembakau menjadi pendorong utama inflasi dengan angka 9,8 persen, turun dari 10,8 persen pada Juli.
Sementara harga jasa naik 5,5 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Agustus, dibandingkan dengan 5,6 persen pada Juli.
Inflasi barang industri nonenergi pada Agustus tercatat di angka 4,8 persen, turun dari 5 persen pada Juli.
Harga energi turun 3,3 persen (yoy) pada Agustus setelah turun 6,1 persen pada Juli.
Negara-negara zona euro dengan tingkat inflasi tahunan tertinggi pada Agustus termasuk Slovakia (9,6 persen), Kroasia (8,5 persen), dan Austria (7,6 persen).
Tingkat inflasi secara tahunan yang terendah tercatat di Belgia dan Spanyol (2,4 persen), Siprus (3 persen), serta Yunani, Belanda, dan Finlandia (3,4 persen).
Dalam pertemuan pada Juli lalu, Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin. Presiden ECB Christine Lagarde menekankan bahwa jeda dan kenaikan suku bunga mungkin terjadi dalam pertemuan pada September.
Risalah rapat pada Juli menunjukkan bahwa ECB masih lebih mengkhawatirkan soal inflasi yang tidak kembali angka ke target alih-alih perekonomian yang terperosok ke dalam resesi.
ECB telah menaikkan suku bunga utamanya sebesar 425 basis poin sejak Juli tahun lalu demi menurunkan inflasi, yang berada jauh di atas targetnya yakni 2 persen.
Sementara itu Kepala Makro Global ING Carsten Brzeski mengatakan meskipun terjadi penurunan, inflasi inti masih terlalu tinggi dan pertumbuhan upah hingga saat ini menandakan bahwa sekalipun tanpa penyelesaian upah yang substansial, inflasi inti dapat tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama.
Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2023