Jakarta (ANTARA) - Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (DPKR) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) telah meluluskan sedikitnya 500 dokter spesialis paru dalam kurun 45 tahun terakhir.

"Sepanjang 45 tahun ini maka DPKR sudah meluluskan lebih dari 500 Dokter Spesialis Paru yang kini berkiprah dari Aceh sampai Papua," kata alumni DPKR-FKUI 1988 Prof. Tjandra Yoga Aditama usai menghadiri peringatan 45 tahun berdirinya DPKR-FKUI di Jakarta, Jumat.

Tjandra yang juga seorang pakar Pulmonologi FKUI mengatakan lulusan Dokter Paru dari DPKR sudah memberi peran nyata bagi kesehatan paru dan respirasi bangsa Indonesia, sejak 1978.

Para lulusan juga berkiprah sebagai garda terdepan ketika masa COVID-19 dan terus dilakukan sampai sekarang.

Baca juga: FKUI beri edukasi tentang anemia dan stunting warga Lombok Barat

Baca juga: Guru Besar FKUI kemukakan 3S, cegah penyebaran COVID-19 di masa endemi

"Lulusan Dokter Spesialis Paru dari DPKR FKUI berkarir sebagai dokter di garda terdepan penanganan masalah dan penyakit paru dan pernapasan di negara kita," katanya.

Tjandra mengatakan para lulusan juga banyak yang berkarir sebagai pimpinan rumah sakit dan juga unsur pimpinan di Kementerian Kesehatan RI serta berbagai kegiatan lainnya.

Tidak sedikit pula lulusan DPKR FKUI yang berkiprah di luar negeri, baik di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) maupun organisasi profesi internasional, kata Tjandra yang juga mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu.

"Beberapa lulusan DPKR-FKUI juga menerima berbagai penghargaan dan award, tingkat nasional dan internasional," ujarnya.

Dari kacamata pengembangan ilmu pengetahuan, kata Tjandra, sudah ratusan artikel ilmiah yang dihasilkan DPKR-FKUI, dan puluhan buku ajar.

Tjandra menambahkan kesehatan paru dan pernapasan merupakan aspek utama kesehatan bangsa, khususnya dalam merespons situasi aktual seperti dampak polusi udara pada paru-paru, hingga masa krisis COVID-19 yang melanda Tanah Air tiga tahun terakhir.

"Belum lagi masalah kesehatan paru-paru lain seperti tuberkulosis di mana Indonesia peringkat ke dua terbanyak kasusnya di dunia, asma bronkial dan penyakit paru obstruktif kronia, kanker paru, penyakit paru intersitial, alergi imunologi, penyakit paru kerja, dan lainnya," katanya.

DPKR-FKUI atau yang kini dikenal sebagai RSUP Persahabatan, Jakarta Timur, bermula sejak 1 September 1978, di mana FKUI-RS Persahabatan menjadi salah satu pionir pendidikan dokter spesialis paru di Indonesia.

DPKR FKUI diasuh oleh 38 staf pengajar, 23 di antaranya bergelar sebagai doktor.

Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Paru (PPDS) DPKR FKUI saat ini berjumlah 121 orang dengan target kelulusan berlangsung dalam 4 hingga 5 tahun ke depan.

Tjandra bergabung di lembaga pendidikan tersebut pada 1984 dan berhasil meraih gelar sebagai guru besar pada 2008.

Kemudian Tjandra berkarir di Kementerian Kesehatan dan menjadi Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan serta menjadi Direktur Jenderal.

Sesudah itu, Tjandra memilih berkarir di WHO Asia Tenggara dan menjadi Direktur Penyakit Menular.*

Baca juga: Guru Besar FKUI bicara hasil semprotkan air ke jalan demi cegah polusi

Baca juga: Pakar kemukakan langkah konkret sektor hulu dan hilir atasi polusi

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023