Jakarta (ANTARA News) - Mantan Kasum TNI, Djamari Chaniago, menegaskan bahwa Wakil Asisten Logistik Kasad, (Alm) Brigjen Koesmayadi, dikenal di kalangan perwira TNI mempunyai kesukaan mengoleksi berbagai jenis senjata, namun dirinya tidak yakin perwira berbintang satu itu punya motif lain, selain kegemaran mengoleksi senjata dalam kasus penemuan ratusan pucuk senjata di rumahnya. "Dia suka mengoleksi senjata, dan kebetulan bertugas sebagai Wakil Asisten Logistik Kasad. Banyak perwira militer yang tahu akan hal itu. Terhadap dugaan pada hal-hal lain dan melakukan tindakan yang macam- macam (kudeta atau kerusuhan), saya tidak yakin karena dia pernah menjadi anak buah saya," kata pensiunan jenderal berbintang tiga itu saat dihubungi di Jakarta, Jumat. Menurutnya, penemuan 145 pucuk senjata di rumah almarhum memang menjadi tugas Kasad untuk menyelidikinya, apakah memiliki izin atau tidak. "Namun saya perkirakan, karena dia suka mengoleksi senjata, maka jumlahnya terus bertambah hingga ratusan pucuk sebagaimana disampaikan Kasad. Ketika saya sebagai Kepala Staf Umum TNI, dia sering memberikan masukan tentang senjata kepada saya, terutama senjata kaliber kecil," katanya. Mengenai kewajaran memiliki koleksi senjata sampai ratusan pucuk dengan sekitar 28 ribu butir peluru, ia kembali menyebutkan kemungkinan koleksi senjata almarhum mencapai angka itu, karena kegemarannya sejak masih perwira pertama untuk mengoleksi senjata sehingga jumlahnya bertambah terus. Mantan Pangkostrad itu juga menyatakan bahwa tindakan TNI AD segera melakukan penyitaan senjata almarhum secara cepat adalah untuk mencegah senjata itu jatuh ke tangan orang-orang tidak bertanggung jawab. "Karena sudah banyak tahu dia kolektor senjata, maka segera dicari di mana senjata itu disimpan, dan informasi itu kemungkinan bisa berasal dari ajudannya. Dengan alasan itulah saya perkirakan dilakukan langkah cepat untuk melakukan penyitaan," katanya. Sebelumnya, Kasad Jenderal TNI Joko Santoso menyatakan bahwa sebanyak 145 pucuk senjata dan 28.985 ribu butir amunisi ditemukan di rumah almarhum Brigjen Koesmayadi, Wakil Asisten Logistik Kasad yang meninggal dunia akibat serangan jantung paa Minggu (25/6) lalu. "Angkatan Darat berpendapat penemuan ini diluar batas kewajaran dan kepatutan. Kita akan menindaklanjuti penemuan tersebut," kata Kasad dalam jumpa pers di Markas Besar TNI AD di Jakarta, Kamis malam. Senjata yang ditemukan di rumah almarhum di Jalan Pangadaran, Ancol, Jakarta Utara oleh Puspom TNI AD itu terdiri atas 96 pucuk senjata laras panjang, tujuh (7) pucuk laras panjang tak beralur, granat tangan, dan sisanya pistol serta 26 teropong. Jenis senjata itu di antaranya adalah SS-1 (senapan serbu buatan PT Pindad), AK, MP-5 (senjata yang biasa digunakan pasukan khusus), dan M-16 (senapan serbu buatan AS). Adapun "senjata panjang tidak beralur" biasanya berupa senjata berkaliber besar, seperti peluncur granat (GLM). Prajurit lapangan Koesmayadi sejak berpangkat Letnan Dua (Letda) hingga Mayor bertugas di Timtim. Hampir 12 tahun ia bertugas di daerah tersebut, sehingga ia sampai-sampai disebutkan identik dengan Timtim. "Nafas Koesmayadi adalah pertempuran. Kalau berbicara Timtim maka tidak bisa lepas dari Koesmayadi. Rekannya yang juga lama bertugas di Timtim adalah Mayjen TNI George Toisutta (Pangdam XVII/Trikora)," kata Djamari. Ia kemudian menambahkan "Koesmayadi tumbuh di medan pertempuran sejak masih perwira pertama, sehingga kadang keluar dari aturan yang ditetapkan, namun maksudnya adalah baik. Misalnya dia punya prinsip tugas harus selesai bagaimapun caranya. Karenanya, dia kerap berbeda pendapat dengan perwira yang bertugas hanya di garis belakang (perwira staf)," katanya. Setelah bertugas di Timtim, ia dipindahkan ke Kodam XVII/Trikora sebagai Kepala Staf Korem dengan pangkat Letkol, kemudian ditarik ke Rindam Kodam Jaya, menjadi Aslog Pangdiv I/Kostrad, Aslog Kostrad, dan menjadi Wakil Asisten Logistik Kasad. Letjen Purn Djamari Chaniago meminta para elit politik untuk tidak mempolitisasi penemuan senjata di rumah almarhum Koesmayadi, dan tidak menggunakannya sebagai komoditas politik untuk memojokkan TNI, atau untuk menarik TNI ke wilayah politik praktis. "Koesmayadi itu adalah perwira yang baik, dan tidak pernah punya niat macam-macam. Jadi, penemuan senjata itu jangan dipakai sebagai komoditas politik, dan biarkan Kasad Jenderal TNI Djoko Santoso untuk menyelidiki seputar penemuan senjata tersebut," tegasnya. (*)
Copyright © ANTARA 2006