"Kebutuhan pangan, energi, air, dan obat-obatan bermuara pada kekayaan ragam hayati yang tersedia di alam. Lebih dari setengah keanekaragaman hayati dunia dapat ditemukan di daerah tropis yang hanya mencakup lima persen dari total luas dunia," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Wahjudi menuturkan meski Indonesia hanya 1,3 persen dari total luas Bumi, namun Indonesia memiliki peran penting karena menjadi pusat keanekaragaman hayati dunia.
Bahkan Indonesia menempati urutan kedua di dunia untuk keanekaragaman hayati di wilayah daratan dan berada di urutan pertama untuk keanekaragaman hayati di lautan.
Meski tersedia di alam dan seringkali berlimpah, kata Wahjudi, sumber daya alam itu perlu dikelola dengan seksama mengingat sebagian besar keanekaragaman hayati itu bersifat sensitif, rentan, dan tak terbarukan.
"Pemaknaan tentang pentingnya keanekaragaman hayati sebagai sistem penyangga kehidupan inilah yang perlu menjadi landasan dalam pengembangan setiap kebijakan, pembangunan, dan pengelolaan sumber daya alam dalam jangka panjang," ucapnya.
Pada 31 Agustus 2023, Wahjudi meraih gelar Doktor Kehormatan atau Honoris Causa dari Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.
Dia telah berkecimpung selama lebih dari 45 tahun dalam sektor kehutanan dengan perhatian serius terhadap keanekaragaman hayati demi kelestarian alam Indonesia.
Wahjudi menegaskan meski keanekaragaman hayati Indonesia berperan penting bagi dunia, namun aset alam tersebut bukanlah aset global. Indonesia memiliki kedaulatan penuh terhadap aset keanekaragaman hayati tersebut.
Keanekaragaman hayati bisa menjadi modal penting dalam negosiasi di tingkat multilateral, regional, dan bilateral agar tidak ada pemanfaatan aset itu tanpa memberikan kontribusi apapun kepada Indonesia.
"Aset alam Indonesia berperan dalam penyediaan pangan penduduk dunia. Namun, kapitalisasi keanekaragaman hayati perlu diutamakan untuk kepentingan dalam negeri," kata Wahjudi.
Peran keanekaragaman hayati untuk obat-obatan, energi, pupuk, peningkatan produktivitas usaha pertanian, bahan makanan alternatif, perlindungan sumber air sampai purifikasi air layak dikelola bersama lintas lembaga dan sektor.
Wahjudi menyampaikan bahwa pengelolaan keanekaragaman hayati harus memperhatikan dampak dan keberlangsungan hidup dari semua sistem penyangga kehidupan.
Dia menegaskan Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 2023 tentang Pengarusutamaan Pelestarian Keanekaragaman Hayati dalam Pembangunan Berkelanjutan adalah tepat.
Keanekaragaman hayati yang terkandung di Indonesia bisa menjadi soko guru dan pertimbangan utama dalam mendorong pembangunan yang berkelanjutan.
Baca juga: Hutan Wehea-Kelay simpan potensi untuk pengembangan obat modern
Baca juga: BRIN-YKAN jalin kolaborasi untuk restorasi gambut di Kalimantan Barat
Baca juga: YKAN dukung praktik pengelolaan hutan secara lestari
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2023