Jakarta (ANTARA) - Taman Ismail Marzuki (TIM) telah berubah total setelah direvitalisasi dengan hadirnya wajah baru yang menonjolkan efektivitas ruang, ergonomi, elemen modern, dan ragam fasilitas penunjang yang dinilai bisa menjawab kebutuhan masyarakat di ruang publik, yakni arena kreatif dan ruang terbuka hijau.
Perjalanan revitalisasi dimulai 2019 setelah banyak bagian TIM, termasuk fungsi bangunan tidak beroperasi maksimal. Kemudian Pemprov DKI menyiapkan anggaran Rp1,4 triliun untuk memugar TIM dengan menggandeng Jakarta Propertindo (JakPro).

Meski terbentur kondisi pandemi COVID-19, proyek revitalisasi TIM terus berjalan dengan pengerjaan bersifat pembangunan gedung baru maupun pemugaran bangunan yang sudah ada. Pelaksanaan proyek dilakukan dalam dua tahap, yakni tahap satu yang meliputi pembangunan Masjid Amir Hamzah, Gedung Parkir dan Gedung Panjang.

Sementara pada tahap dua, pengerjaan meliputi Planetarium dan Pusat Latihan Seni, Graha Bhakti Budaya, Galeri Annex dan Teater Halaman.

Berbeda dengan sebelumnya, wajah baru TIM terkesan lebih futuristik dan modern namun tetap ramah lingkungan.

Arsitek Revitalisasi TIM, Andra Martin menyebutkan bahwa ruang terbuka hijau pada TIM baru lebih banyak, yakni dari sebelumnya 11 persen menjadi 27 persen.

TIM itu satu-satunya tempat yang akan menjadi oase. "Kalau kita jalan kaki atau naik mobil di Cikini Raya itu kan satu arah, itu semuanya adalah bangunan," kata dia.
Pengunjung menyaksikan penampilan grup musik membawakan lagu di Atap Gedung Parkir Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Senin (26/9/2022). . ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/tom (ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT)

Untuk itu, ia ingin ada jeda di antara bangunan itu yakni TIM yang terlihat hijau. Hal itu terlihat saat ini, di mana jika berjalan dari Jalan Cikini Raya, ruang terbuka hijau (RTH) sudah terlihat dengan adanya taman di atas atap (rooftop) Gedung Parkir yang nantinya akan menjadi ruang publik atau wadah interaksi antarseniman.

"Nuansa kreatif dan segar langsung terasa saat masuk ke halaman TIM. Ruang-ruang seperti ini diperlukan warga Jakarta untuk menemukan suasana baru di tengah kesibukan dan kepadatan DKI," kata Robertus, pengunjung TIM asal Tangerang, Banten.

Bangunan lainnya yang tidak kalah mencolok, yakni Gedung Panjang, bangunan tertinggi di kawasan TIM yang terdiri dari 14 lantai. Gedung yang bentuknya berundak-undak itu memuat banyak fungsi, seperti Galeri Seni, Perpustakaan dan Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin, Wisma Seni, Ruang Komite Seni dan Kantor Pengelola TIM.

Selain penggunaan banyaknya kaca untuk masuknya cahaya, Gedung Panjang juga dibangun dengan fasad atau dinding luar yang dirancang dengan ruh Ismail Marzuki.

Penggalan not "Rayuan Pulau Kelapa" diterjemahkan menjadi tinggi rendahnya bentuk fasad bangunan TIM. Selain sebagai bentuk apresiasi pada Ismail Marzuki, bentuk fasad itu berguna untuk mereduksi sinar matahari yang masuk ke dalam Perpustakaan.

Meski terkesan modern, revitalisasi TIM tetap membawa ciri khas pada bangunan lama, yakni kubah pada Planetarium yang tidak akan diubah. Perubahan pada Planetarium hanya bersifat renovasi dan menambahkan gedung baru di area sekelilingnya.
Pemain Teater Indonesia Kita mementaskan lakon Perempuan-Perempuan Pilihan karya Agus Noor di Teater Besar, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Jumat (16/9/2022). Pementasan teater tersebut mengisahkan tentang kehidupan suatu negara yang makmur dan sejahtera berkat pemerintahan yang dipimpin oleh perempuan. ANTARA FOTO/Henry Purba/wpa/nym.

Gedung Teater Jakarta/Gedung Teater Besar

Gedung Teater Jakarta dan Gedung Teater Besar merupakan gedung pertunjukan untuk kegiatan seni budaya berskala besar.

Fasilitas yang terdapat di gedung itu antara lain kursi penonton sebanyak 1.200 buah (3 lantai), panggung berukuran 14m x 16m x 9m, ruang VIP, ruang rias, ruang tata suara (sound system) dan tata cahaya (lighting system), area lobi tempat tunggu penonton, ruang latihan tari, area loading dock barang serta basement parkir 1 & 2 yang lengkapi eskalator dan lift.

Gedung Teater Kecil

Gedung Teater Kecil merupakan gedung pertunjukan untuk kegiatan seni budaya berskala kecil dengan kapasitas kursi penonton hanya 240 orang (atas dan bawah).

Gedung itu biasanya digunakan untuk pertunjukan seni eksperimental atau karya seniman muda misalnya musik indie, konser musik kamar, uji coba konsep pertunjukan mahasiswa, karya seni komunitas kampus atau sanggar, pertunjukan tahunan sekolah tari atau kursus seni pertunjukan lainnya seperti seni peran dll, yang belum memungkinkan dipentaskan di gedung berkapasitas lebih besar.

Fasilitas yang terdapat di gedung ini antara lain Panggung berukuran 10m x 5m x 6m, Ruang Rias, Area Lobby Tempat Tunggu Penonton, Ruang Tata Suara (Sound System) dan Tata Cahaya (Lighting System), Pendingin Ruangan (Air Conditioning) serta area Loading Dock barang.

"Saya ke TIM karena kondisinya yang sudah jauh lebih baik dan menjadi tempat menikmati karya seni yang nyaman," kata Kusnadit, pengunjung TIM asal Depok.

Baca juga: TIM dikunjungi 5.990 orang tiap bulan setelah gunakan desain baru

Baca juga: Orang tua bisa dekatkan buku pada anak di Perpustakaan TIM

Baca juga: DKJ hadiahi pemenang lomba puisi dan novel total Rp130 juta

Pewarta: Siti Nurhaliza
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2023