Pantai Jakat termasuk salah satu spot yang paling kotor, penuh sampahBengkulu (ANTARA News)- Sebanyak 150 aktivis lingkungan dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi bergotong-royong membersihkan Pantai Jakat di Kelurahan Pondokbesi Kecamatan Teluksegara, Kota Bengkulu dalam rangka memperingati Hari Bumi, Senin.
Koordinator aksi Edi Sanjaya dari Universitas Dehasen Kota Bengkulu mengatakan aksi tersebut melibatkan pemuda/pemudi di sekitar kelurahan tersebut.
"Kami mengajak masyarakat sekitar untuk terlibat dalam aksi hari ini, karena Pantai Jakat termasuk salah satu spot yang paling kotor, penuh sampah," katanya kepada wartawan di sela-sela aksi.
Sebelum membersihkan kawasan pantai yang penuh sampah plastik dan potongan-potongan kayu, para peserta menggelar orasi dan pembacaan puisi di Simpang Lima, pusat Kota Bengkulu.
Dalam pernyataan sikap, para aktivis dan mahasiswa meminta pemerintah mengontrol pembuangan limbah, terutama yang mengakibatkan sungai tercemar.
"Kami juga mendesak pemerintah agar mengkaji ulang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan menindak tegas izin perusahaan-perusahaan perusak lingkungan," kata aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bengkulu, Sony Taurus.
Setelah menggelar aksi simpatik di Simpang Lima, para aktivis dan mahasiswa menggelar "long march" ke Pantai Jakat.
Sesampainya di pantai, peserta dibagi menjadi dua kelompok dan mulai mengumpulkan dan membakar sampah-sampah plastik.
Edi mengatakan aksi serupa akan dilaksanakan berkelanjutan bekerjasama dengan masyarakat sekitar pantai tersebut.
"Kami berencana menjadikan kegiatan ini rutin, minimal sekali dalam dua bulan hingga kesadaran masyarakat untuk membersihkan lingkungan mereka tumbuh," ujarnya.
"Kami mengajak masyarakat sekitar untuk terlibat dalam aksi hari ini, karena Pantai Jakat termasuk salah satu spot yang paling kotor, penuh sampah," katanya kepada wartawan di sela-sela aksi.
Sebelum membersihkan kawasan pantai yang penuh sampah plastik dan potongan-potongan kayu, para peserta menggelar orasi dan pembacaan puisi di Simpang Lima, pusat Kota Bengkulu.
Dalam pernyataan sikap, para aktivis dan mahasiswa meminta pemerintah mengontrol pembuangan limbah, terutama yang mengakibatkan sungai tercemar.
"Kami juga mendesak pemerintah agar mengkaji ulang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan menindak tegas izin perusahaan-perusahaan perusak lingkungan," kata aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bengkulu, Sony Taurus.
Setelah menggelar aksi simpatik di Simpang Lima, para aktivis dan mahasiswa menggelar "long march" ke Pantai Jakat.
Sesampainya di pantai, peserta dibagi menjadi dua kelompok dan mulai mengumpulkan dan membakar sampah-sampah plastik.
Edi mengatakan aksi serupa akan dilaksanakan berkelanjutan bekerjasama dengan masyarakat sekitar pantai tersebut.
"Kami berencana menjadikan kegiatan ini rutin, minimal sekali dalam dua bulan hingga kesadaran masyarakat untuk membersihkan lingkungan mereka tumbuh," ujarnya.
Peserta yang terlibat dalam aksi tersebut antara lain aktivis Walhi Bengkulu, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Dehasen, Universitas Bengkulu, Universitas Muhammadiyah Bengkulu dan sejumlah organisasi mahasiswa pecinta alam.
Pewarta: Helti Marini Sipayung
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013