Brusels (ANTARA News) - Pemerintah Eropa Bersatu hari Kamis kembali mengungkapkan keprihatinan mendalamnya atas keadaan memburuk di wilayah Palestina. "Eropa Bersatu merasa sangat prihatin atas perkembangan memburuk keamanan dan kemanusiaan itu," kata kepresidenan Eropa Bersatu Austria dalam pernyataannya. Marc Otte, duta kelompok itu untuk Timur Tengah, berhubungan dengan para pihak, kata pernyataan tersebut, yang disiarkan kantor berita Jerman DPA. "Eropa Bersatu akan terus mengikuti perkembangan secara seksama," kata pernyataan tersebut. Komisaris Hubungan Luar Negeri Eropa Bersatu Benita Ferrero Waldner hari Rabu menuntut pembebasan segera serdadu Israel, yang diculik gerilyawan Palestina, dan mendesak Israel bertindak bijaksana. Pemerintah Palestina pimpinan Hamas hari Rabu mengecam serangan besar Israel di Jalur Gaza, menyebutnya tidak sah dan memperingatkan akan banyak akibat dari gerakan tentara negara Yahudi itu. "Sampai sekarang, terbukti bahwa Israel tidak dapat memenuhi keinginannya lewat tindakan luas itu," kata jurubicara kabinet Ghazi Hamad kepada wartawan di Gaza. "Seperti biasa, Israel dengan cepat meningkatkan gerakan tentara, mengubah keadaan ke arah sengketa berdarah baru," katanya, dengan menambahkan bahwa Israel akan bertanggungjawab jika ulahnya mengakibatkan belasan warga tewas. Sementara itu, pada temu pers di Ramalah, Wakil Perdana Menteri Palestina Nasser Sha`er membantah pemerintahnya terlibat dalam penculikan tentara Israel, yang memicu serangan tersebut, yang disebutnya perang Nazi. Israel mengerahkan tentara dan tank ke dalam wilayah Jalur Gaza, Rabu pagi, dan menyerang sasaran penting dari udara dalam serangan besar untuk pembebasan prajurit muda, yang disekap pejuang Palestina. Sebagian besar wilayah Jalur Gaza utara gelap gulita setelah pesawat tempur Israel menyerang satu pembangkit listrik, dua jembatan dan satu jalan dalam serangkaian serangan pada malam hari, kata laporan wartawan kantor berita Perancis AFP. Kobaran api menerangi gelap malam dari pembangkit listrik di bagian tengah Jalur Gaza dan suara ledakan bom terdengar dari kota Rafah di bagian selatan jalur pantai tersebut, saat beberapa helikopter tempur terbang di atasnya. "Kami menggunakan semua kekuatan, yang dapat kami kerahkan melalui darat dan udara untuk membawa dia pulang," kata wanita jurubicara tentara Israel Noa Meir mengenai prajurit terculik itu, Gilad Shilat (19 tahun). Itu serangan darat pertama terhadap Jalur Gaza sejak Israel menarik pemukim dan tentara Yahudi dari wilayah tersebut tahun lalu, dalam gerakan bermasalah mengahiri pendudukan selama 38 tahun. Sejauh ini tak ada laporan mengenai korban jiwa akibat serangan tersebut. Israel menggelar ribuan prajuritnya di perbatasan dengan Jalur Gaza, menyulut penculikan Shilat dalam serangan hari Minggu, yang juga menewaskan dua prajurit Israel dan dua petempur Palestina. Perdana Menteri Ehud Olmert mengesampingkan perundingan dengan penculik dan menyatakan pemerintah pimpinan Hamas serta Presiden Palestina Mahmud Abbas bertanggung jawab. Serangan itu dilancarkan di tengah seruan antarbangsa agar Israel menahan diri dalam hal penculikan tentara tersebut, yang menyulut kemelut terburuk Timur Tengah sejak Hamas memangku jabatan. Gerilyawan Palestina, yang menyiapkan diri untuk menghadapi serangan tersebut, membuat tata pertahanan dengan menimbun pasir dan membuat parit menuju tempat pengungsi di beberapa bagian Jalur Gaza, salah satu daerah berpenduduk paling padat di Palestina.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006