Jadi alhamdulillah, Dompet Dhuafa sampai hari ini sudah mampu melaksanakan CSR maupun CSV, dan ini akan terus kami kembangkan....
Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Yayasan Dompet Dhuafa Republika Yayat Supriatna menyatakan bahwa Dompet Dhuafa sudah mampu melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR) dan Creating Shared Value (CSV)
“Jadi alhamdulillah, Dompet Dhuafa sampai hari ini sudah mampu melaksanakan CSR maupun CSV, dan ini akan terus kami kembangkan. Kami punya berbagai portfolio (dari berbagai perusahaan yang mengisi dalam sesi pemaparan), (dan) kami ingin sharing, makanya kami mengadakan acara ini antara lain tujuannya untuk itu,” ujar dia dalam seminar CSV Connect 2023 di Lotte Shopping Avenue, Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan bahwa Dompet Dhuafa sudah menjadi model bisnis yang menjalankan CSR sejak 30 tahun terakhir, ketika konsep tersebut belum begitu dikenal.
Baca juga: BRIN dan Dompet Dhuafa kerja sama riset majukan kopi luwak
Setelah mengalami perkembangan, Dompet Dhuafa turut melakukan pemberdayaan di berbagai bidang. Mulai dari membangun rumah sakit, lembaga pendidikan mulai Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga perguruan tinggi, sentra-sentra ternak, sentra-sentra pertanian, dan sebagainya.
“(Ini) sebetulnya kami sudah masuk di fase di CSV. Jadi tidak hanya pemberdayaan melalui penyaluran, tetapi betul-betul pemberdayaan untuk meningkatkan economy value dan social value yang dikerjakan secara bersama-sama,” ucap Yayat.
Menurut dia, pembahasan tentang konsep CSV dinilai masih cukup asing bagi sebagian orang dan korporasi. “(CSV) sebetulnya mungkin pengembangan dari saudara-tuanya, CSR. Dua hal yang sebenarnya sama tetapi berbeda. Sama karena sama-sama merupakan bentuk tanggung jawab sosial perusahaan, bedanya di dalam bentuk dan implementasi,” ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Mobilisasi Sumber Daya Dompet Dhuafa Etika Setiawanti mengatakan CSR tradisional hanya fokus pada reputasi perusahaan saja, sedangkan CSV turut berusaha untuk memenangkan persaingan.
CSV juga menjadi corporate strategy yang berarti tidak hanya dilakukan oleh satu unit departemen saja, tetapi menjadi model strategis yang dilakukan oleh para pemangku kepentingan di lembaga atau institusi. Main driver dari CSR adalah para pemangku kepentingan dari lingkungan eksternal.
Baca juga: BRI Insurance raih penghargaan TJSL Award atas inisiatif operasi hijau
Secara pendekatan, lanjut dia, CSV disebut lebih proaktif yang berarti didesain secara terencana oleh brand atau perusahaan tertentu, sehingga menghasilkan program yang lebih berkelanjutan.
“Jadi tidak reaktif (seperti CSR tradisional), (yang dilaksanakan hanya pada saat ada) momentum, atau ketika ada satu isu yang sedang mencuat, (atau) permasalahan yang sedang happening, kemudian perusahaan atau brand tersebut baru bergerak," kata Etika.
Secara pengukuran, CSV diharapkan lebih terukur dari sisi sosial dan ekonomi, bukan hanya sebagai serapan anggaran (spending) saja sebagaimana CSR tradisional.
Meninjau dari sisi benefit bisnis, CSV diharapkan menciptakan peluang bisnis dari segala isu yang muncul, sehingga dapat berkontribusi terhadap Sustainable Deveopment Goals (SDGs) dan ada perubahan yang berkelanjutan.
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023