Kongres yang berlangsung pada 21-25 Agustus 2023 di Gedung Ahoy Convention Centre Rotterdam Belanda ini mengangkat tema "Let's Work Together, Lets Library".
Baca juga: Hikayat Aceh ditetapkan Unesco jadi Ingatan Kolektif Dunia
Baca juga: Perpusnas dorong literasi mahasiswa dalam tingkatkan inovasi
Terkait tema tersebut, Barbara menyatakan dirinya mengambil kesimpulan bahwa perpustakaan tidak hanya menjadi objek, tetapi juga menjadi tindakan.
Dia menyebutkan perpustakaan adalah tempat untuk beraksi, berbagi, dan berkreasi, dimana masyarakat dapat merasakannya dalam banyak aspek kehidupan sehari-hari
Selama WLIC IFLA 2023, sambuugnya, lebih dari 230 sesi kelas dan pertemuan telah diadakan, dimana para peserta dari berbagai negara dan latar belakang profesional menghadiri acara ini untuk memperdalam pemahaman tentang peran perpustakaan dalam masyarakat modern yang semakin kompleks.
"WLIC IFLA 2023, memberikan kesempatan bagi kita untuk berbagi pandangan, tantangan, dan solusi yang dapat diadaptasi dan diimplementasikan di berbagai belahan dunia. Perpustakaan bukan hanya tentang mengumpulkan dan menyebarkan pengetahuan, tetapi juga tentang memajukan masyarakat dan keberlanjutan global," ujar Presiden IFLA Barbara Lison.
Baca juga: Perpusnas, Kemendikbudristek, dan Setkab kerja sama majukan literasi
Para peserta ini, kata dia, meliputi kepala perpustakaan, perwakilan lembaga dan parlemen, pegiat literasi, serta perpustakaan dari seluruh penjuru dunia.
"Perpusnas Indonesia mendapat perhatian dari para kepala perpustakaan seluruh dunia, karena terobosan program TPBIS yang mampu memberdayakan perpustakaan dalam mensejahterakan masyarakat," ujar Syarif.
Dalam upaya meningkatkan indeks literasi masyarakat, kata Syarif, Perpusnas juga telah memberikan kontribusi nyata dengan melibatkan seluruh komponen bangsa, termasuk kerja sama dengan eksekutif, legislatif, yudikatif, TNI, Polri, hingga kolaborasi dengan pegiat literasi di seluruh Indonesia.
Kemudian, sambungnya, upaya tersebut diiringi dengan pembangunan infrastruktur perpustakaan yang merata, seperti pembangunan gedung perpustakaan, sumbangan koleksi, teknologi informasi.
"Bahkan, dengan menghadirkan perpustakaan bergerak, seperti Mobil Perpustakaan Keliling (MPK), motor perpustakaan, perahu pustaka, kuda pustaka, becak pustaka, hingga angkot pustaka," ujarnya.
Syarif menekankan bahwa paradigma perpustakaan telah berubah. Perpustakaan berusaha untuk merangkul masyarakat luas, perpustakaan menjangkau masyarakat.
Beberapa inisiatif telah diambil, kata dia, termasuk melalui pengembangan aplikasi seperti iPusnas, BintangPusnas, Indonesia One Search (IOS), Khastara, dan beragam konten yang dikreasikan oleh para konten kreator.
"Langkah ini menjadikan Perpusnas sebagai perpustakaan terkemuka di dunia dengan prinsip akses terbuka untuk koleksi referensi dan jurnal ilmiah," ungkapnya.
Pada konferensi IFLA tahun ini, kata Syarif, Perpusnas mengirimkan delegasi yang diwakili oleh Soraya Hariyani Putri dan Sadariyah Ariningrum Wijiastuti, dengan tulisan yang menarik berjudul "Reference Service Crisis in Research: Threat or Opportunity for Librarian?".
Perpusnas, sambungnya, juga turut aktif dengan membuka booth pameran yang menampilkan berbagai informasi mengenai TPBIS yang sukses dijalankan.
Baca juga: Kepala Perpusnas ajak pustakawan pimpin Indonesia jadi negara produsen
Pengunjung dapat melihat secara langsung dampak positif yang dihasilkan oleh para pegiat literasi di berbagai daerah di Indonesia dalam meningkatkan minat baca masyarakat.
Selain itu, koleksi naskah kuno dari Perpusnas yang telah diakui sebagai Memory of the World oleh UNESCO turut dipamerkan. Koleksi naskah kuno tersebut memberikan gambaran tentang sejarah dan kekayaan budaya Indonesia.
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023