Seoul (ANTARA) - Militer AS dan Korea Selatan ingin lebih mengintegrasikan sistem mereka untuk melacak peluncuran rudal Korea Utara, sebuah upaya kerja sama yang mungkin akan segera diperluas dengan Jepang, kata pejabat Angkatan Luar Angkasa AS pada Rabu.
Dipimpin oleh kontingen kecil personel Angkatan Luar Angkasa AS -cabang komponen resmi pertama yang dibentuk di luar negeri- para sekutu melihat integrasi ruang angkasa yang lebih erat sebagai kunci untuk melacak ancaman Korea Utara dan merespons konflik dengan lebih baik.
Presiden AS Joe Biden sepakat dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida pada pertemuan puncak tanggal 18 Agustus bahwa pada akhir tahun ini, ketiga negara akan membagikan data peringatan rudal Korea Utara secara waktu nyata.
Rincian pasti dari kerja sama trilateral tersebut sedang dikerjakan di tingkat yang lebih tinggi, kata para pejabat Angkatan Luar Angkasa kepada wartawan pada temu media di Pangkalan Udara Osan, selatan Seoul.
"Pemahaman saya adalah ada perjanjian bilateral pada masa depan dan mungkin perjanjian trilateral yang sedang dikerjakan, terutama mengenai peringatan rudal… dengan berbagi data tersebut," kata Mayor Matt Taylor, Wakil Komandan Pasukan Luar Angkasa AS– Korea.
Selain itu terdapat pertemuan yang direncanakan bagi personel untuk berkolaborasi dan berbagi proses dan prosedur, katanya.
"Belum ada rincian yang disempurnakan atau diputuskan pada saat ini, tetapi diskusi mengenai hal tersebut masih dilakukan," lanjut Taylor.
Sejauh ini, komponen Angkatan Luar Angkasa di Korea Selatan, yang mulai beroperasi pada Desember, berfokus pada integrasi yang lebih erat dengan Korea Selatan dan memastikan bahwa pasukan AS di sana memiliki lebih banyak akses terhadap aset-aset berbasis ruang angkasa, kata para pejabat.
Data pelacakan rudal, termasuk informasi dari Sistem Inframerah Berbasis Luar Angkasa (SBIRS) AS, yang dapat mendeteksi peluncuran rudal, sudah secara otomatis dibagikan kepada sekutu AS melalui sistem peringatan dini, kata Sersan Utama Shawn Stafford.
Korea Selatan dan Jepang sebagian besar mengandalkan radar berbasis darat dan laut untuk melacak peluncuran, tetapi komandan Skuadron Operasi Luar Angkasa Angkatan Udara Korea Selatan Letnan Kolonel Kim Jong Ha mengatakan bahwa menambahkan kemampuan berbasis ruang angkasa akan memberikan pandangan "3D" terhadap ancaman tersebut.
Dengan adanya dorongan Korea Selatan untuk mengembangkan lebih banyak sistem rudal anti-balistik, maka perolehan data dari AS dan mungkin sistem dari Jepang akan membantu negara itu mendeteksi target, kata Tal Inbar, pakar rudal dan ruang angkasa di Institut Fisher untuk Kajian Strategis Udara dan Antariksa Israel.
"Seluruh kawasan dapat memperoleh banyak manfaat dari kerja sama dan kolaborasi serta interoperabilitas sistem ini," katanya dalam temu media di Seoul.
Sumber: Reuters
Baca juga: Korsel, AS, Jepang gelar latihan pertahanan rudal
Baca juga: AS, Korsel, Jepang bersatu kecam China
Penerjemah: M Razi Rahman
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2023