Hamelin, Jerman (ANTARA News) - Bagi Perancis, pertemuan dengan Brazil di perempat-final Piala Dunia 2006, Minggu dinihari mendatang akan membangkitkan kenangan pahit dan manis. Pahit ketika pendukung Perancis harus mengingat kembali peristiwa Piala Dunia 1958 ketika Pele yang ketika itu masih berusia 17 tahun, menghancurkan Les Bleus 5-2 di semifinal. Kenangan manis ketika Zinedine Zidane memimpin Perancis untuk mempencundangi Ronaldo dkk dengan skor telak 3-0 di final Piala Dunia 1998 di depan pendukung sendiri. "Bila Anda seorang pemain sepakbola, impian pertama Anda adalah tampil di Piala Dunia, kemudian berhadapan dengan Brazil," kata pemain tengah Perancis Patrick Vieira mengomentari pertandingan perempat-final menghadapi Brazil yang akan berlangsung di Frankfurt itu. Rangkaian kenangan tidak terlupakan, tentu saja kekalahan 2-5 di semifinal yang sampai saat ini masih dianggap sebagai tonggak sejarah sepakbola Perancis. Berikutnya adalah kemenangan di perempat-final Piala Dunia 1986 yang berakhir dengan drama adu penalti, serta saat-saat penuh magis ketika Perancis menggasak Brazil 3-0 di final 1998. Lemparan sejarah sepakbola Perancis berawal pada 1958 di Stadion Rasunda Stockholm (Swedia), dimana ketika itu maestro lapangan tengah Raymond Kopa dan penyerang Just Fontaine menantang Brazil yang dipenuhi seniman sepakbola untuk memperebutkan tempat ke final. Impian Perancis terancam ketika pemain belakang dan kapten Robert Jonquet mengalami cedera retak kaki pada menit ke-26. Ketika itu, tidak ada aturan yang membolehkan pergantian pemain. Perancis yang harus bermain dengan sepuluh orang, tertinggal 0-1. Pele mengobrak-abrik pertahanan Perancis dengan mencetak tiga gol. Pemain muda berbakat itu yang masih diawal karirnya, didukung oleh seniman sepakbola Brazil ketika itu, diantaranya Garrincha, Didi dan Vava. Perancis dan Brazil kemudian kembali bertemu di Stadion Jalisco Guadalajara, yaitu di partai perempat-final Piala Dunia 1986 di Meksiko. Ketika itu, Perancis sedang jaya-jayanya dengan tiga pemain tengah tangguh, yaitu Michael Platini, Alain Giresse dan Jean Tigana, semantara Brazil dimotori Socrates, Alemao dan Careca. Dalam pertarungan yang mendebarkan, gol Platini yang terjadi di awal babak pertama langsung dibalas oleh Careca untuk menyamakan kedudukan menjadi 1-1. Setelah skor tidak berubah sampai perpanjangan waktu, pemenang akhirnya ditentukan melalui adu penalti. Dalam adu penalti tersebut, Socrates dan Platini sama-sama gagal melaksanakan tugas. Tendangan Luis Fernandez akhirnya mengirim Perancis ke semifinal dan sekaligus mengubur harapan Tim Samba. Pada Piala Dunia 1998, Perancis dan Brazil kembali bertemu dan kali ini partai puncak di Stade de France. Final tersebut, secara mengejutkan ternyata berlangsung anti-klimaks dan berlangsung berat sebelah. Zidane menyumbang dua dari tiga gol yang disarangkan tuan rumah Perancis, demikian Reuters.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006