Jakarta (ANTARA) - Ketua UKK tumbuh kembang pediatri sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prof. Dr. dr. Ahmad Suryawan Sp.A(K) mengatakan untuk membatasi kecanduan waktu layar anak bisa dimulai dengan meregulasi waktu layar dari orang tua.
“Mengurangi screen time orang tua dapat berpengaruh pada screen time anak. Jika kita melarang anak screen time tapi kita tetap screen time itu sebuah gagal total, jadi kita harus mengendalikan screen time orang tua,” ucapnya dalam diskusi mengenai Urgensi Regulasi Screen Time untuk Tumbuh Kembang Anak yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.
Dokter yang akrab di sapa Wawan ini mengatakan waktu layar atau screen time orang tua tanpa sadar adalah faktor prediktor kuat terhadap perilaku waktu layar anak. Orang tua bisa mulai meregulasi waktu layarnya sendiri dengan mulai mengurangi penggunaan gawai di depan anak.
Baca juga: Ahli: Sinar ultraviolet matahari lebih bahaya dari sinar biru gadget
Selain itu, dokter yang menamatkan spesialis anak di Faktultas Kedokteran Universitas Airlangga ini menyarankan untuk mulai menghindari penggunaan gawai sebelum tidur dan saat waktu makan. Untuk solusinya, Wawan mengatakan untuk mencari alternatif permainan lain saat akan mengurangi waktu layar anak.
“Kenalkan media bermain yang lain di luar screen time, kalau sudah rutin main yang lain baru regulasi screen time-nya, karena kalau nggak ada kegiatan lain anak akan berontak, beri apresiasi saat anak berinteraksi dengan orang lain,” ujar Wawan.
Wawan menjelaskan, waktu layar yang berlebihan pada anak dapat mempengaruhi kemampuan kognitif, gangguan bicara bahasa, dan gangguan perilaku sosial serta emosi karena kurangnya interaksi. Selain itu, fungsi keluarga di dalam rumah juga akan menurun.
Screen time yang berlebihan juga akan mengganggu perkembangan anak di usia selanjutnya. Misalnya jika anak usia 2 tahun memiliki waktu layar berlebihan makan gangguan perkembangannya akan terjadi di usia 3 tahun.
Membatasi waktu layar, tambah Wawan, juga tidak serta merta memperbaiki gangguan perkembangannya dengan cepat, namun butuh waktu untuk bisa membaik 1-2 tahun ke depan.
Dampak lain dari waktu layar yang berlebih adalah anak akan mengalami obesitas atau peningkatan indeks masa tubuh di usia selanjutnya. Faktor paparan gawai saat jam makan juga menyumbang penambahan indeks masa tubuh anak secara signifikan yang berakibat obesitas.
“Screen time anak usia pra sekolah berhubungan dengan peningkatan BMI (Body Mass Indeks) atau indeks masa tubuh, dan peningkatan berat badan di usia selanjutnya. Kalau durasi dikurangi tidak lebih 2 jam sehari masih ada peningkatan BMI/jam/minggu,” ucapnya.
Penting juga untuk mengurangi waktu layar pada anak menjelang jam tidurnya karena dapat menekan hormon melatonin endogen yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Kurangnya produksi hormon ini dipengaruhi akibat paparan sinar biru pada layar, baik melalui televisi maupun smartphone.
Dari rekomendasi dari American Academy of Pediatrics (AAP) tahun 2016, Wawan mengatakan secara umum orang tua harus teredukasi agar lebih memahami penggunaan gawai sebagai media, dan memahami perkembangan otak anak sangat mementingkan interaksi langsung.
Untuk anak usia di bawah 18 bulan disarankan tidak terpapar gawai sama sekali selain video chat interaktif dan responsif, dan hindari membiarkan anak melakukan aktifitas screen time tanpa pendampingan. Di atas usia 24 bulan, menurut AAP baiknya waktu layar hanya dibatasi maksimal 1 jam sehari dan mempunyai aktivitas lain sehingga tidak bergantung pada gawai.
Baca juga: Arpus Semarang: Biasakan anak baca buku ketimbang "gadget"
Baca juga: Psikolog sebut gawai bisa bantu stimulasi pertumbuhan anak
Baca juga: Orang tua disarankan jalin komunikasi cegah anak kecanduan gim
Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023