Jakarta (ANTARA News) - Para pakar dari sejumlah instansi membahas temuan jejak perdaban maritim di Indonesia dalam seminar bertajuk Etnisitas dan Identitas Bangsa dengan tema "Gunung Padang dan Revolusi Sejarah Dunia", di Cipanas, Cianjur, Jabar, Sabtu.
Seminar yang diselenggarakan Universitas Indonesia (UI) menghadirkan pembicara unsur dari TNI AL, Indonesia Maritime Institute (IMI) dan berbagai kalangan dalam kaitannya mengapresiasi temuan terbaru Tim Riset Mandiri di Gunung Padang, Cianjur.
Direktur Eksekutif IMI Y Paonganan dalam keterangan tertulisnya mengatakan, seminar tersebut dihadiri oleh sejumlah pakar antara lain Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UI Prof Bambang Wibawarta, serta para sejarawan Dr Bondan, Prof Benny H Hoed, dan Dr Phil Lily Tjahjandari.
Sementara itu, dari TNI AL hadir sebagai narasumber mewakili KSAL, Danseskoal Laksda TNI DA Mamahit, MSc, Wadanseskoal Laksma TNI Y Achmad H, dan Kadispenal Laksma TNI Untung Suropati.
Seminar yang bertujuan menerbitkan resolusi berbagai perspektif mengenai konteks kebudayaan, dan berkaitan erat dengan permasalahan aktual yang dihadapi oleh bangsa Indonesia itu dihadiri, Dirut Perum LKBN ANTARA Saiful Hadi, wakil Lesbumi NU, Pemprov Jabar, Pemkab Cianjur, serta masyarakat adat.
Berbagai pandangan yang berhubungan dengan budaya tradisi, budaya birokrasi, budaya ekonomi, serta permasalahan identitas bangsa dibahas dalam seminar tersebut.
"Kami juga membahas mengenai akar sejarah peradaban maritim dunia yang ternyata dapat ditemui dalam kompeksitas situs Gunung Padang di Cianjur, ini sangat menarik untuk dikaji lebih jauh," ungkap Y Paonganan, salah satu narasumber.
Sebelumnya diberitakan, Pemerintah, melalui Kemendikbud, mengumumkan akan membawa temuan Gunung Padang dalam World Culture Forum (WCF 2013) yang digelar UNESCO, November 2013 nanti.
"Temuan terbaru dari Tim, membawa Gunung Padang menjadi keajaiban dunia yang memancing minat dunia internasional." ujar Wakil Mendibud RI, Wiendu Nuryanti.
Sementara itu, Dr Ali Akbar, arkeolog UI yang juga tim mandiri menjelaskan bahwa bangunan utama seluas 15 hektar disitus tersebut membutuhkan peran serta semua komponen bangsa untuk dapat dituntaskan eskavasinya.
"Biar terlihat bentuk luar kemegahan bangunan yang tertimbun tersebut," kata Ali, didampingi Dr Budiarto Ontowirjo, salah satu anggota tim.(*)
Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013