Purwokerto (ANTARA News) - Tasripin (12) dan ketiga adiknya akhirnya dapat kembali berkumpul dengan ayah mereka, Kuswito (41), yang telah tiba kembali di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, setelah enam bulan bekerja di Kalimantan.
Kuswito yang tiba di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, pada Sabtu dini hari, dipertemukan dengan keempat anaknya di Pendopo Si Panji oleh Bupati Banyumas Achmad Husein setelah bapak lima anak ini beristirahat selama beberapa jam.
Dia terlihat meneteskan air mata ketika bertemu Tasripin beserta ketiga adiknya, Dandi (7), Riyanti (6), dan Daryo (4).
Dalam kesempatan tersebut, Kuswito berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu Tasripin dan adik-adiknya selama ini.
"Selama ini, saya tidak tahu kalau Tasripin ramai dibicarakan masyarakat. Saya baru tahu setelah Mbak Nasiati (kakaknya, red.) maupun pegawai Pemerintah Kabupaten Banyumas menghubungi saya," katanya.
Dia mengaku diminta untuk segera pulang oleh Bupati Banyumas.
Oleh karena itu, dia pun memutuskan untuk meninggalkan tempat kerjanya di Ketapang, Kalimantan Barat, pada hari Selasa (16/4) dan pulang ke Banyumas.
"Saya dijemput oleh Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Banyumas di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, kemarin," katanya.
Terkait dengan keberangkatannya bekerja sebagai buruh perkebunan kelapa sawit di Ketapang, Kuswito mengaku bahwa hal itu terpaksa dilakukan karena bingung mengurus anak-anak sejak istrinya, Satinah (37), meninggal dunia dua tahun lalu.
Menurut dia, penghasilan sebagai buruh tani sebesar Rp15 ribu per hari tidak mencukupi kebutuhan keluarga.
"Oleh karena itu, saya memutuskan berangkat ke Kalimantan untuk bekerja di perkebunan kelapa sawit. Penghasilan di sana cukup besar karena dalam dua minggu bisa memperoleh uang Rp800 ribu hingga Rp1 juta," katanya.
Sebagian penghasilan itu, kata dia, dikirimkan melalui rekening kakaknya untuk anak-anaknya.
Akan tetapi, lanjut dia, uang itu ternyata tidak mencukupi kebutuhan anak-anak.
Saat ditanya rencana setelah kembali ke Banyumas, dia mengaku bahwa dirinya ingin tetap bisa bersama anak-anaknya dan membudidayakan ikan lele.
"Saya tidak ingin ke Kalimantan lagi. Saya akan tetap di sini untuk mengurus Tasripin dan adik-adiknya, mereka harus bersekolah," katanya.
Sementara itu, Bupati Banyumas Achmad Husein mengaku senang karena Tasripin dan adik-adiknya bisa bertemu kembali dengan ayah mereka.
"Saya berharap Pak Kuswito bisa merawat Tasripin dan adik-adiknya dengan baik," katanya.
Tasripin sejak enam bulan lalu ditinggal pergi ayah dan kakak sulungnya, Natim (21), karena bekerja sebagai buruh perkebunan kelapa sawit di Kalimantan.
Sementara ibundanya, Satinah (37), telah meninggal dunia dua tahun lalu akibat tertimpa batu saat menjadi buruh penambang pasir di desanya.
Oleh karena itu, Tasripin yang telah putus sekolah sejak kelas tiga SD berusaha menghidupi adik-adiknya dengan menjadi buruh serabutan di kampung halamannya, Dusun Pesawahan, Desa Gunung Lurah, Kecamatan Cilongok, Banyumas.
Kegigihan Tasripin dalam menghidupi adik-adiknya ini mendapat perhatian dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Presiden SBY mengutus Staf Khusus Presiden Bidang Pangan dan Energi Hariyanto untuk mengunjungi dan memberi bantuan kepada Tasripin dan adik-adiknya.
Saat datang di rumah Tasripin pada hari Jumat (19/4), Hariyanto mengatakan bahwa Presiden SBY menyatakan bangga terhadap Tasripin (12) yang menghidupi ketiga adiknya.
"Ada pesan dari Bapak Presiden. Presiden bangga terhadap keteguhan dan kekuatan Tasripin untuk menghidupi adik-adiknya," katanya.
Kendati demikian, kata dia, Presiden juga "trenyuh" (sedih, red.) karena Tasripin masih usia sekolah sehingga harus kembali melanjutkan sekolahnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa pemerintah desa dan kabupaten harus lebih memperhatikan masyarakatnya.
Menurut dia, hal ini disebabkan kasus seperti Tasripin tidak hanya satu atau dua karena kemungkinan masih ada kasus semacam ini.
"Oleh karena itu, pemerintah di desa dan kabupaten harus lebih memperhatikan masyarakatnya," kata dia menegaskan.
Pewarta: Sumarwoto
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013